pay per click

TERUS KENAPA KALO DARI FACEBOOK?? #1

TERUS KENAPA KALO DARI FACEBOOK?? #1
Karya Riska Milanti

“Gue mimpi basah!!! Oh My God ini udah jam setengah tujuh, gue gak shalat subuh dan harus mandi besar deh,,,akh keburu gak yaa? ”. Putra yang berusia 14 tahun baru saja mengalami mimpi basah untuk pertama kalinya semasa hidupnya. Hal ini menandakan ia telah beranjak dewasa. Semalem gue mimpi sama siapa yah? Ko ga kenal, dan gue belum pernah ngeliat cewe itu. Seharusnya kan gue mimpi bareng Mona. Jelas-jelas Mona gebetan gue. Rambut Mona tuh gak ikal, dia juga gak punya tai lalat diatas alisnya. Dibawah kucuran air shower yang hangat Putra memikirkan apa yang barusan ia impikan. Dan tersadar waktu sudah menujukan 6.45. Hah!! Mampus telat gue. Sesegera mungkin ia memakai handuk dan bergegas memakai baju seragam dan terburu-buru berangkat ke sekolah.

Terus Kenapa Kalo Dari Facebook?? #1
Empat tahun kemudian. Masa SMA memang paling indah. Putra tumbuh menjadi cowo yang lumayan ganteng, dengan kulit putih, memiliki alis tebal dengan sorot mata yang tajam, meskipun agak chubby, karena tidak termasuk cowo ramping. Di SMA ini ia berpacaran dengan Lisa, gadis berusia 2 tahun lebih muda darinya yang ia jadikan pacar karena ia terus mengejarnya, mungkin salah satu alasan menerimanya adalah kasian. Di malam minggu yang indah setelah pulang menonton bersama Lisa, ia tertidur dengan pulas karena lumayan capek berkendara seharian bersama sang pacar. “Papah” . Cahaya matahari menusuk matanya yang sedang tertidur. Terkesiap dan seketika Putra terbangun sambil mengucek matanya yang silau “pagi hari yang indah” gumamnya. Ia pun terjaga dan keluar beranda kamarnya menikamti cahaya matahari pagi, secara langsung sambil sesekali menghirup udara yang segar di kota Bandung. “Siapa perempuan yang memanggilku papah tadi malam?”. Ia berpikir keras untuk mengingat wajah perempuan itu namun terlalu sulit untuk dibayangkan.” Kenapa ia memanggilku papah, dan kita berdua berada dikamar dan satu ranjang yang sama. Siapa gadis berkerudung itu?” ia meyakinkan dirinya bahwa gadis berkerudung itu bukanlah Lisa, karena Lisa juga menggunakan kerudung. Kruuuyukkk. “Ah gue laper, mending gue makan, ngapain mikirin orang yang gak gue kenal”. Ia pun berlari ke ruang makan yang telah tersedia sarapan bersama keluarganya.

Tahun 2009, Putra yang telah berumur 20 tahun telah menginjakan kakinya dibangku perkuliahan di salah satu universitas di kota Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Sipil. Ini tahun merupakan tahun pertama baginya memasuki perkuliahan setelah memutuskan untuk memasuki bimbingan belajar karena tidak lulus pada jurusan yang ia inginkan. Hari-hari ia lalui untuk kuliah dan berorganisasi. Jurusan yang tidak gampang menurutnya namun ini impiannya sejak SMP agar bisa mengambil jurusan ini, agar bisa bekerja mengikuti jejak papahnya. “Akhirnya,.. selesai juga tugasnya. Facebookan dulu ah”. Memasukan email dan password, dan sign ini. Beberapa pemberitahuan dan permintaan pertemanan telah muncul dilayar komputernya. Ia pun mengecek pemberitahuan kemudia permintaan pertemanan. Terlihat seorang perempuan menggunakan foto profil boneka sapi dengan nama Ka Milan.”siapa nih?” tanpa berbasa basi Putra menerima permintaan teman itu. Dia tidak berusaha membuka profil perempuan tersebut, karena dia pikir buat apa, aku sendiri pake foto profil pemandangan, mungkin dia nge-add ga bermaksud apa-apa cuma buat nambah pertemanan aja. Bolak-balik membuka beranda, profil, chatting, membuatnya bosan dan akhirnya ia memutuskan untuk tidur, karena kuis mata kuliah besok sudah menanti jam 7 pagi.

Dua bulan kemudian. Bip bip..ponsel Putra berbunyi menandakan sms masuk.”maaf ini nomor siapa yah?”Putra sedikit bingung, ini siapa ko sms tapi malah nanya.”saya Putra, kamu siapa? Ko malah nanya.saya juga gak kenal dengan anda.kenapa nomor saya ada di hp anda?”. Setelah 2 jam menunggu balasan akhirnya si pengirim pesan membalas. “oh kamu Putra jurusan teknik sipil bukan? Kamu pernah ngasi aku no hp kamu pas kita chatting dulu. Aku save tapi ga ngasi kamu no hp aku.kamu ingat?”. “Oh ia aku ingat, kamu yang di fb namanya Ka Milan yah?”.”iya”. Dari obrolan singkat tersebut mereka berdua sering smsan, chatting, bahkan telpon. Setelah satu minggu perkenalan mereka melalui alat komunikasi tiba-tiba Ka Milan yang memiliki nama asli Kharis mengajak Putra untuk menonton film yang baru aja dirilis. “Sungguh suatu kesempatan yang tidak boleh dilewatkan” pikir Putra. Terbesit harapannya yang ingin memiliki pacar setelah putus dari Lisa dahulu. “Mungkinkah dia yang ditakdirkan untukku?”.

Akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu disalah satu toko buku terkemuka daerah Bandung yang dekat dengan bioskop yang mereka tuju. Putra memastikan penampilannya terlihat rapih dengan rambut pendek menggunkan jaket jeans berwarna biru dan mengenakan kaos abu-abu, dan celana jeans berwarna hitam. Satu hal yang ia tak lupa adalah mengucap “bissmillah”, tak tahu kenapa ia mengucap kata-kata tersebut. Saat yang ditunggu pun tiba Putra bertemu dengan wanita berkerudung mengenakan kaos belang-belang berwarna orange, dengan kerudung yang sepadan, dengan sepatu kets. Terkesan santai. Cuek, namun tetap menarik buatnya. “udah lama?” Tanya Putra. “Nggak ko barusan nyampe” jawab Kharis. Kemudia mereka berdua berjabat tangan. “tindakan konyol apa ini? pake jebat tangan segala” pikir Putra dalam hati. “kenapa saya harus jabat tangan si, perasaan gak perlu deh, ah keliatan eh kita lagi kopi darat,akh banyak orang pula” pikir Kharis dalam hati. Karena merasa posisi ini sudah tidak mengenakan akhirnya mereka segera menuju bioskop tempat tujuan mereka.

Sedikit muncul rasa canggung meskipun dalam keseharian di sms dan telpon mereka tampak sudah sangat akrab seperti telah mengenal satu sama lain sejak lama. Keduanya memang sama-sama memiliki sifat cenderung pendiam. Tapi Putra berusaha untuk terus berkomunikasi dengan Kharis, ia aktif membicarakan aktivitasnya, berbicara mengenai jurusan masing-masing, sehingga suasana pun perlahan mulai mencair. Sesekali tawa mereka berdua pecah ketika membicarakan sesuatu. “dia manis juga.”gumam Putra dalam hati. Tak sadar ia pun ingin menatap Kharis lebih lama dan tak mau mengalihkan pandangannya. Dan pandangannya tertuju pada tai lalat di atas alis sebelah kiri di wajah Kharis. Ia terkejut, memori mimpi-mimpinya kembali muncul secara bergantian. Dari mulai mimpi basah pertama kali sewaktu SMP, dan mimpi semasa SMA tentang seorang perempuan berkerudung yang memanggilnya dengan sebutan papah. “hei Putra, kamu kenapa?” Tanya Kharis. Seketika lamunan Putra buyar “oh gak apa-apa hehe”. “bener gak apa-apa? Ko kaya ngelamun gitu”. “beneran kok” balas Putra sambil tersenyum. Tak terasa dua jam yang mereka tunggu bersama untuk menyaksikan film telah terlewati, dan film yang akan mereka tonton sebentar lagi akan diputar.”eh bentar lagi filmnya mulai, masuk yuk?” ajak Putra. “Ayo” balas Kharis.

Sang Pemimpi film sikuel dari Laskar Pelangi ini telah diputar sekitar satu jam lamanya, sebenarnya Putra belum pernah menonton film Laskar Pelangi, sehingga ia tidak terlalu mengerti dengan alur ceritanya. Tapi itu tak masalah baginya yang penting hari ini ia bertemu dengan perempuan yang selama ini menjadi pertenyaan besar dalam otaknya. Sesekali Kharis dan penonton lainnya tertawa, dan Putra tidak tau apa yang mereka tertawakan. Dia seperti tidak didalam alur cerita film tersebut, namun ia berada dalam alur pikirannya sendiri yang diam-diam memperhatikan wajah Kharis tanpa diketahui Kharis yang sedang asik menonton. Sejenak Putra hanyut dalam pikirannya sambil memandangi Kharis “sebenarnya siapa wanita ini ya Allah? Kenapa ia telah muncul dalam mimpiku sejak lama? Apa ia jodohku dimasa depan nanti? Jika begitu aku akan senantiasa menjaga, mencintainya dengan tulus, mulai dari detik ini”.

PROFIL PENULIS
Ka Milan seorang mahasiswi seni rupa yang berkenalan dengan mahasiswa teknik sipil bernama Putra dalam dunia maya. terima kasih telah membaca tulisanku semoga ini bukan tulisanku yang terakhir. 

PELANGI DI MALAM HARI

PELANGI DI MALAM HARI
Karya Elisabeth Cecilia

Setiap nafas yang kurasakan aku selalu merindukan pelangiku, selalu mencari-cari segalanya yang kubutuhkan darinya. Cintanya.
Dialah pelangiku karena tak seorangpun bisa menyentuhnya selain aku. Tak ada seorangpun yang diperbolehkannya untuk sekedar meliriknya. Ia selalu mengatakan bahwa ia adalah milikku.
Pelangi...
Malam itu aku kembali dalam heningku. Kucoba meraba-raba lorong imajinasiku untuk hanya sekedar mendambanya ada disampingku. Aku kosong dan tak berarah sekarang.
"Ernest!" Suara itu tak asing lagi bagiku,
"Masuklah!" Jawabku dan kubiarkan Pelangi masuk ke dalam kamarku.
"Kamu udah minum obatnya?" tanya Pelangi kepadaku. Iya, dia adalah dokterku.
"Udah kok." kataku, pelan seperti biasa, pelan dan lemah.
"Hanya memastikan kamu minum obatnya. Gimana hari ini?" Senyumannya mulai terkembang perlahan,
"Biasa aja Lan."
"Lain kali kamu jalan-jalan aja disekitar rumah sakit! Kan bisa ditemenin pacar kamu. Siapa namanya?"
"Bintang." Jawabku datar,
"Iya-iya, Bintang."
"Males Lan, aku maunya sama kamu!" Aku mulai meminta dan kulihat wajah pelangi berubah menjadi kemerahan, dan ia terlihat malu-malu. Aku tak mau lagi bersama Bintang, terakhir kali Justin, sahabatku memergokinya sedang selingkuh. Aku percaya karena ia tak pernah melupakan bukti di setiap kasus. Sungguh ironis bagiku. Sekarang yang penting aku dan Pelangi. Tidak ada satupun orang yang menggantikannya.

Pelangi di Malam Hari
Dulu aku dan Pelangi pernah menjadi sepasang kekasih ketika SMA. Waktu itu aku masih sangat sehat dan bahagia. Waktu itu juga Pelangi masih sangat lugu dan lucu hingga akhirnya kami berpisah karena aku memutuskan untuk kuliah di Australia dan dia kuliah di Jerman.
Jarak yang begitu jauh membuat kami tidak bisa melanjutkan hubungan cinta ini. Sebenarnya bukan kami tapi aku karena hingga sekarang Pelangi belum mendapatkan penggantiku. Padahal semua orang tahu kalau ia begitu cantik, cerdas dan menawan. Semua cinta ditolaknya tanpa alasan. Kali ini aku merasa sungguh berdosa.

Aku sendiri sudah berganti pasangan berkali-kali dan yang terakhir dengan Bintang, gadis yang memiliki watak yang hampir sama dengan Pelangi. Aku bertemu dengannya ketika aku sedang membaca di perpustakaan kampus, di Australia. Ia benar-benar suka membaca, ia adalah mahasiswi Filsafat dan benar-benar paham betul dengan apa yang ia cari, dan aku sendiri seorang mahasiswa Teknologi Informasi yang tergila-gila dengan komputer melebihi apapun.

Setelah aku lulus, aku bekerja di sebuah perusahaan sebagai programer dan setiap hari setiap waktu aku bercinta dengan komputerku, bertahun-tahun, melupakan kekasih satu-satunya hingga pada titik jenuhnya aku terkapar di depannya. Waktu itu jam menunjukkan pukul dua dini hari dan aku masih mengerjakan pekerjaanku yang tak kunjung usai. Entah mengapa kepalaku sangat pusing, mataku mulai buram dan tubuhku sakit semua. Biasanya ini bukan apa-apa bagiku tapi waktu itu aku langsung jatuh pingsan dan aku juga mimisan -itu juga tidak pernah terjadi padaku-.

Keluargaku panik dan membawaku ke rumah sakit. Aku tak tahu apa yang dilakukan dokter hingga ketika aku sadar, aku harus menerima kenyataan pahit ini. Aku mengidap Leukemia stadium lanjut.
Awalnya aku merasa bisa mengatasinya, tapi tubuhku tidak. Aku tetap merasa lelah sepanjang waktu, rasanya ingin tertidur padahal pekerjaanku amat sangat banyak hingga tak ada waktu istirahat. Aku mulai cemas dengan keadaan ini, aku sering limbung dan terjatuh begitu saja, belum lagi kalau aku merasakan sakit disekujur tubuhku. Dokter menyarankan agar aku melakukan kemo terapi, tapi aku menolak karena efek setelahnya adalah momok bagiku hingga akhirnya Pelangi datang setahun lalu. Ia memaksaku dengan caranya.

Pelangi termasuk dokter spesialis muda, usianya dua puluh sembilan tahun sekarang. Ia spesialis kanker dan sangat pandai untuk membujuk pasiennya melakukan apapun yang benar-benar harus dilakukan. Aku melihatnya, ia tampak cantik dengan jas dokternya. Aku mau ikut kemo dan menanggung resikonya hingga segalanya merupakan suatu hal yang biasa untukku. Aku selalu muntah, pusing, lemas, dan rambutku rontok, itu juga sudah biasa bagiku asal ada Pelangi disampingku.

Pelangi yang hidupnya selalu berwarna...
Kurasakan tangannya menyentuh pipiku, tangannya sedikit kasar namun hangat. Itu caranya menenangkanku ketika aku sedang dalam kondisi buruk, apalagi sekarang. Aku akan selalu buruk, aku terlalu lemah hanya untuk sekedar berdiri sendiri, tubuhku penuh lebam dan tulangku nyeri. Kurasa aku sudah akan pergi secepatnya.
Aku pernah mendengar ketika Pelangi berbicara dengan ibu, umurku tinggal beberapa hari lagi. Dua tahun sudah aku mengidap penyakit ini dan beberapa hari lagi aku bisa bebas selamanya.

Orang bilang aku bisa sembuh dengan operasi namun sampai sekarang belum ada donor sumsum tulang belakang untukku, hanya ibu yang bisa namun ia tidak mencukupi kriteria kesehatan. Aku tidak masalah kalau harus pergi, toh masih ada kakakku, Thalia yang bisa menjaga ibu yang sekarang sudah menjanda setelah ayahku pergi.
"Nes, kamu harus makan sesuatu nak!" ibuku memaksaku untuk makan, namun aku menolak. Melihat makanan saja aku sudah muak, apalagi memakannya. Aku sudah beberapa hari ini tidak makan dan hanya bergantung pada injeksi.
"Nes, kasihan ibumu. Dia udah nungguin kamu lho!" cetus Pelangi dan ia pun tersenyum manis. Oh aku selalu ingin memilikinya walaupun itu mustahil.
"Aku capek Bu." kataku setengah berbisik karena kekuatanku sudah habis walau untuk berbicara sekalipun,
"Ibu tahu Nak! Makanya kamu makan. Nanti capeknya bisa hilang kok. Percaya deh sama ibu!" dan saat itu juga aku melihat air mata ibu berlinang, matanya berkaca-kaca.
Kuhapus air mata ibu, kucoba mengangkat tanganku yang kurus dan lemah ini untuk menghapus air mata itu. Yang tidak seharusnya menghujani malam hariku yang tenang ini. Demi ibu, aku mau beberapa suap. Demi ibu.

Nyaris setiap hari aku hanya melihat mata yang berkaca-kaca entah ibu, Thalia, Justin dan teman-temanku. Aku heran pada mereka. Emangnya kenapa kalau aku mati? Toh aku bukan seorang yang begitu spesial, aku biasa saja. Aku hanya senang melihat Pelangi, ia selalu tersenyum dan tenang ketika berhadapan denganku. Mungkin karena ia sudah banyak menangani pasien yang sepertiku.
Setiap pagi Pelangi mengajakku keluar kamar sekarang karena selama satu bulan aku hanya ada di dalam kamar itu saja dan tak pernah keluar. Dan aku sudah setahun berhenti dari pekerjaanku. Ini hal yang sangat tidak pernah kuduga. Sakit, berhenti bekerja, tidak jadi membahagiakan keluarga, dan pastinya tidak menikah.

'Know that I will never marry,
Baby, I'm just soggy from the chemo
But counting down the days to go’
-My Chemical Romance_Cancer-

Diluar aku merasa sangat aneh. Aku orang asing bagi dunia luar. Makhluk pucat dengan rambut yang nyaris habis, sangat lemah dan tidak berdaya ini mencoba untuk mencari udara luar yang memiliki atmosfer yang khas dengan cahaya matahari yang cerah dan meninggalkan ruangannya yang tertutup sekali serta penuh peralatan Rumah Sakit yang membuat setiap orang depresi karenanya.
"Kau tahu? Matahari pagi selalu mengingatkanku pada sesuatu." Kata Pelangi kepadaku,
"Ehm, sepertinya tidak. Kau ingat dengan apa?"
"Kau, senyummu, matamu yang dulu."
"Waktu SMA?"
"Tepatnya waktu pertama kali kita berkenalan."
"Kenapa? Waktu itu aku menyelamatkamu dari kakak kelas yang kejam."
"Waktu MOS." Pelangi kembali tersenyum, "Sampai kau mendapat gelar calon siswa terbaik."
"Haha, pemuda kekar yang tinggi dan tampan." kataku mengingatkan Pelangi waktu dia bercerita kepada teman-temannya tentang diriku.
"Ehm, dengan sorot mata yang menawan, senyumannya begitu manis. Iya, memang itulah kau sampai sekarang."

Aku mengugat pendapat Pelangi yang satu ini. Aku sekarang lebih buruk, putus asa dan tak berdaya.
"Kau bercanda. Sekarang aku berbeda." sergahku pelan,
"Bagiku, kau adalah kau. Sampai kapanpun." Nada bicaranya mulai cerah, mencerah.
"Kau tenggelam dalam masa lalu."
"Tidak sama sekali. Ingat? Aku menunggumu, Ernest."
"Seharusnya tak perlu karena percuma."
"Nyatanya aku bersamamu lagi. Setidaknya itu impas."
"Apa kau akan menikah jika aku pergi?"
"Mungkin."
"Menikahlah kalau kau mau. Jangan anggap aku lagi! Aku tahu kau profesional dalam hal ini."
"Iya, benar sekali. Selama kita tidak bertemu aku sudah berulang kali merasa kehilangan dan itu membuatku terbiasa."
"Siapa? Siapa yang pergi?"
"Adikku, Joshua. Sahabatku di Jerman, Terrece. Yah itu." kata-katanya terdengar amat tegar dan datar.
"Joshua? Dia meninggal? Kenapa?"
"Kau lupa? Dia sakit kanker. Dia yang membuatku ingin menjadi dokter seperti sekarang. Yah, walau ketika aku lulus dia sudah pergi."
"Iya aku lupa. Padahal dulu aku sering menjenguknya di rumah sakit."
Lalu suasana menjadi hening seketika. Aku tahu pasti dia ingat seketika dengan adiknya yang sangat dicintainya itu.
Entah mengapa aku ingin kembali ke kamarku. Aku berjalan terus perlahan-lahan dengan bantuan Pelangi hingga kembali ke kamar itu.

Aku kembali di atas tempat tidurku dan membaringkan tubuhku. Aku ingat hidupku tidak lama lagi,
"Aku tak percaya kalau sebentar lagi aku harus meninggalkanmu." Kataku pelan sambil menatap mata Pelangi sedalam yang aku bisa.
"Aku juga. Aku mencintaimu." Pelangi mulai menggenggam tanganku,
"Aku rasa ini tidak adil bagimu. TIDAK ADIL!" aku mulai berteriak, mulai membentak sejadinya, emosiku melonjak dan aku rasa aku benar-benar merasa berdosa dengannya,
"Mengapa?"
"Apa kau tidak merasakan? Kau menunggu lama untukku dan aku kembali untuk mengucapkan selamat tinggal untukmu. Adilkah itu semua?" Aku mencoba mengeluarkan seluruh tenagaku untuk ini.
"Sepertinya aku pernah mengatakan hal ini sebelumnya. Semuanya sudah terbayar setelah aku bertemu denganmu."
"CUKUP! Jangan bohongi aku! Bahkan kau telah membohongi perasaanmu sendiri! Munafik!" Aku semakin tidak tahu harus bagaimana mendengar jawaban Pelangi. Ia terus tersenyum. Tersenyum.
"Maafkan aku kalau kau tak menerima ini. Nes, aku tahu aku membohongi perasaanku, membohongimu dan mungkin aku munafik. Sangat munafik. Tapi asal kau tahu. Itu semua aku lakukan karena aku cinta kau. Aku coba melupakan kesedihanku, menjadi tegar, menjadi profesional di depanmu. SEBENARNYA TIDAK JUGA! Aku menangis dibalik semua ini! Menangis! Kau puas?!" Pelangi mulai meneteskan air mata dan emosinya meledak.
"Cinta pertamaku, kau. Dan aku belum bisa menggantikanmu hingga aku percaya aku harus berlari, Nes. Lari, jauh sejauh-jauhnya dari perasaan itu. Menjadi profesional seperti yang kau katakan. Sebagai dokter yang merawat pasiennya. Menikah dan melupakanmu." Ia terisak terus hingga aku tak tega untuk meneruskan ini.

‘I always knew the day would come
You'd stop crawling, start to run
Beautiful as beautiful can be’
-Miley Cyrus ft Billy Ray Cyrus_Butterfly Fly Away-

"Baiklah... Kau tahu? Suatu saat aku akan menunjukkan padamu tentang apa yang harus kau lakukan. Lan... Kau... Warna dalam gelapku. Ingat! Pelangi di malam hari. Itulah kau! Selama aku sekarat kau ada dengan senyum dan tawamu yang menghapus semua ketakutanku dan kesedihanku." Kuhapus air mata itu, hentikan semua ini. Mengapa aku harus selalu memulai kemarahan ini? Mungkin aku telah menambah beban untuk Pelangi. SIALAN! Aku bodoh sekali.
"Maaf... Aku mengganggu pagimu." Ia memegang tanganku yang masih membelai wajahnya.
"Tidak! Aku yang harus minta maaf dan sebenarnya aku yang mengganggu pagimu."
"Mungkin sebaiknya aku keluar."
"Jangan..." aku mencegahnya karena meski begitu aku tak bisa sendirian saat ini. Aku butuh seseorang untukku. Aku begitu takut. Takut akan apa saja.
"Baiklah. Tapi jangan lagi kau ulangi hal tadi. Ingat! Kita sama-sama profesional." Ia menyentuh pipiku dan menyeka air mataku, aku baru sadar kalau aku selemah itu. Aku bisa menangis. Menangis.
Pelangi...
Kau tahu? Aku damai sekarang. Aku bahagia dan jiwaku mulai bersemangat. Jiwaku ingin pergi secepatnya. Maafkan aku... Lagi.
Kutatap matanya yang indah dan berkaca-kaca itu
Aku merasa tak berdaya
Lemah sekali, aku lemah sekali
Begitu lemahnya sampai mataku terpejam
Terpejam...
Sunyi...
Antara hitam dan putih
Semuanya berakhir
Terima kasih Pelangi
Kini aku merasa ringan sepertimu
Hanya bertemu dan impas
Tetaplah tersenyum, 'profesional'
Mataku pun akhirnya terpejam
Untuk selamanya...
Kulihat semua orang berdiri disekitarku, tapi aku tidak bisa menyentuh mereka. Ragaku ada disitu dan aku disini. Sepertinya aku sudah menyelesaikannya. Aku tahu Tuhan sayang padaku dan semua orang disekitarku. Selamat tinggal semua, selamat tinggal pelangi di malam hariku...

The End

MISTERY OF LOVE

MISTERY OF LOVE
Karya Dina Pertiwi

Apakah kalian percaya tentang adanya evolusi manusia? Ini tentang sebuah mitos evolusi manusia yang terjadi setiap 25 juta tahun. Konon, setiap 25 juta tahun berlalu, apa yang di lakukan seseorang sekarang akan kembali terjadi 25 juta tahun yang akan datang. Dan akan terus begitu sampai dunia berakhir
***

Aku ingin menatap mata itu lebih lama. Tapi, aku sadar! Aku bukan yang terbaik untuknya dan dia bukan yang terbaik untukku. Apakah keputusanku sudah benar untuk melupakannya? Bahkan hati ini akan semakin sakit jika seharian tidak melihat mata kosongnya itu. Akankah aku terus begini? Ya Tuhan, tolong sadarkan bathin ini bahwa dia bukan untukku.

Mistery Of Love
Aku kembali berpaspasan dengannya pagi ini dikoridor sekolah. Dan seperti biasa, otak cerdasku menjadi tak terkendali dan kembali melempar senyum manis yang aku miliki kepadanya. Dan, dia juga begitu. Aku senang.

Dan begitulah. Seberapa keraspun aku berusaha, aku tetap tidak bisa membohongi diri betapa aku mencintainya. Menyayanginya walau aku tahu aku dan dia berbeda. Aku bahagia bisa mengenal dan mencintainya. Yang aku sesalkan adalah keputusanku untuk mencoba melupakannya yang bahkan belum aku miliki.

Keputusanku yang jelas- jelas membohongi diriku sendiri. Hatiku mengatakan, aku harus terus mencintainya. Karena itulah takdir yang harus aku jalani. Begitulah bisik hatiku. Namun fikiranku mengatakan, aku harus melupakannya. Jangan berharap lebih. Karena akan semakin menyakitiku.
“ Kau pernah mendengar suatu mitos, Angel?”
“ Mitos? Hahaha! Kau lucu sekali Cima. Masih percaya mitos pada masa modern seperti ini?”
“ Mitos tak hanya berlaku pada zaman dulu, Angel. Trust me! Terkadang mitos memiliki jalan sendiri tentang pembuktiannya.”
“ Baiklah Cima. Ceritakan kepadaku apa mitos itu?”
“ Evolusi manusia setiap 25 juta tahun. Mitosnya, setiap 25 juta tahun, apa yang kita lakukan sekarang, yang terjadi sekarang, akan terulang lagi 25 juta tahun lagi. See?”
“ Masa pembuktian yang mustahil Cima. Hanya mitos yang bisa saja berupa pembohongan public. So, aku tak percaya.”
Memang, semula aku mengira itu hanya sebuah mitos bodoh yang menggelikan. Hahah! Jika itu benar terjadi, apakah 25 juta tahun yang lalu aku juga mencintainya? Heh! Imposible. Aku bahkan masih terlalu kecil untuk menyatakan bahwa aku mencintainya. Aku hanya mengaguminya. Yah… itulah fikiranku saat ini .
Setidaknya, sebelum dia, orang yang kucintai mengungkap sebuah rahasia yang aku sendiri tak tahu bagaimana caranya mendapatkan berita pembuktian tentang ‘evolusi manusia’.
***

Bisakah aku menghentikan kegiatan mengintai ini? Ayolah Angel. Bukankah kau sudah memutuskan untuk melupakannya? Jadi, kenapa kau masih berusaha mengetahui apa yang dia lakukan dan apa yang dia fikirkan? Angel… lupakan dia.
Ah… baiklah. Mungkin memang aku tak akan bisa melupakannya. Setidaknya, berhentilah mengintainya. Apa kau tak memiliki pekerjaan lain selain mengintai orang itu? Kau memiliki banyak jadwal Angel! Kau orang sibuk. Jadi, berhentilah mengintai orang yang tidak pernah memperdulikanmu.

Aku berbalik bermaksud meninggalkan ruang computer tempat Tirta, orang yang aku cintai, berada. Di sana dia sedang asyik searching di google. Entah searching apa aku juga tidak mengerti. Ku buka pintu ruang computer dan melangkahkan kaki menuju kantin untuk mengisi perutku yang sedikit keroncongan.
“ Kau mau kemana?” ujar seseorang secara tiba- tiba ada di belakangku. Dari karakter suaranya yang mampu membuatku berdebar aku tahu bahwa itu Tirta. Sejak kapan dia ada di belakangku? Bukankah tadi dia ada di computer pojok? Aku membalikkan tubuhku dan aku berhadapan langsung dengan Tirta. Astaga! Hatiku berdentum keras dan jantungku berdetak tak karuan. Aku hanya terpaku menatap wajah Tirta. Ku lihat Tirta menggelengkan kepalanya saat melihatku terdiam.
“ Kau mau kemana?” tanya Tirta lagi membuatku sadar dari kegiatanku mengagumi wajahnya. Dasar Angel bodoh! Umpatku dalam hati.
“ A… aku mau ke… ka..antin.” jawabku gugup. Dasar wanita tolol! Umpatku dalam hati kepada diriku sendiri. Tirta seolah melarangku untuk kekantin.
“ Kau tunda saja dulu acara kekantinmu! Sekarang, kau ikut aku. Ada yang mau aku tunjukkan padamu.” Ucap Tirta menarik lenganku keluar ruang computer.
***

Tirta mengajakku ketaman belakang sekolah. Dia terlihat curi- curi pandang. Kami sama- sama terdiam cukup lama. Mungkin sekitar 6 menit. Aku bosan. Waktu istirahat akan berakhir 5 menit lagi dan Tirta sama sekali belum berbicara apapun! Ada apa dengan anak ini? Bukankah tadi dia ingin menunjukkan sesuatu?
“ Apa kau sudah selesai berbicara?” ucapku dengan maksud menyindir Tirta.
“ Aku bahkan belum bicara apapun.”
“ Apa tidak bisa sedikit lebih cepat? Bel akan berbunyi 3 menit lagi.” Ucapku sedikit kesal.
“ Aku tadi mengatakan ingin menunjukkan sesuatu padamu. Bukan ingin berbicara padamu.” Ucapnya santai.

Ya Tuhan…! Kenapa aku bisa menyimpan rasa kepada orang menyebalkan seperti dia?
“ Kalau begitu cepat tunjukkan! Aku ingin kekantin!” ucapku.
“ Kau jangan terlalu sering makan. Nanti berat badanmu bertambah.” Ucapnya menasihati. Setelah dia mengatakan hal itu, belpun berbunyi. Tirta terlihat tersenyum lalu berdiri bermaksud meninggalkanku.
“ Jadi kau hanya ingin menunjukkan hal itu? Hanya ingin menahan aku kekantin agar berat badanku tidak bertambah? Jahat sekali kau!” omelku pada Tirta. Tirta terlihat tersenyum.
“ Kenapa kau begitu cerewet? Aku ingin memberimu kertas ini. disitu ada artikel berisi sejarah seseorang. Dan, kemungkinan sejarah itu terulang lagi sekarang. Kau harus membacanya agar kau mengerti apa yang aku bicarakan! Jika kau sudah mengerti, temui aku besok pada istirahat kedua disini. Sampai jumpa, Gendut.” Ucap Tirta sambil mengacak poniku lalu berlari kecil menuju kelasnya. Eh, tadi dia memanggilku apa? Gendut???? Kurang ajar! Awas kau Tirta! Semoga kau semakin tampan *eh?
***

Apa- apaan ini? Kenapa wajah ini mirip dengan wajahku? Aku membaca tulisan di bawah foto itu.
Sketsa Wajah Putri Cleopatra IV.
Pasca di temukannya sebuah peti mati di dekat Piramida ( Mesir, 02/10), para ahli terus berusaha mengidentifikasi wajah dari mumi cantik itu. Di perkirakan mumi putri Cleopatra IV itu telah berumur 25 juta tahun lalu. Dan di perkirakan, Putri cantik itu meninggal pada usia 16 tahun karena sakit parah.
Apa? Jadi maksud Tirta sejarah terulang lagi seperti ini? berdo’a agar aku meninggal pada usia 16 tahun karena sakit parah???? Baiklah Tirta! Kau akan mendapat balasannya besok! Batinku sambil menyimpan artikel yang belum selesai aku baca itu.
***

Apakah istirahat kedua lama? Aku sudah menyiapkan banyal omelan untuk Tirta. Berani sekali ia mendoakan aku sakit parah.
Dan akhirnya, saat yang aku tunggu tiba. Bel istirahat kedua berbunyi, dan aku langsung berlari menuju taman belakang sekolah dengan artikel yang kemarin di berikan Tirta padaku. Dan, ternyata Tirta sudah menunggu disana dengan senyum manisnya. Aku jadi ragu untuk memarahinya. Tapi, diakan sudah jahat padaku. Dia sudah mendoakan aku mati muda.
“ Kau sudah mengerti maksudku?” tanya Tirta to the point. Aku mengangguk mantap dan menyerahkan artikel itu dengan kasar. Dan dengan wajah yang lumayan marah.
“ Kau kenapa Angel? Kau baik? Atau, kau tidak suka dengan kejadian yang akan terulang itu?”

Kenapa dia bertanya lagi?! Tentu saja aku tidak suka! Mati muda bukan impianku. Aku masih ingin hidup lebih lama. Kulihat Tirta tersenyum pahit dan kecewa.
“ Yasudah jika kau tidak menyukainya. Jangan membenciku ya ” ucap Tirta sambil tersenyum miris.
“ Kau gila?! Siapa yang suka jika seseorang mendoakan kita mati muda hah?!” ucapku pada akhirnya. Tirta mengerutkan keningnya.
“ Mati muda? Astaga! Kau belum membaca habis artikelnya? Ternyata selain gendut, kau bodoh dan malas membaca juga!” ucap Tirta sambil tertawa dan menggelengkan kepala.
“ Kau lihat lembar kedua ini!” perintah Tirta. Aku melihat wajah Tirta dan wajahku disana. Apa maksudnya?
Pangeran dari Yunani kuno telah jatuh cinta pada putri Cleopatra IV. Pangeran yang menyebut dirinya Putra Bumi itu berencana menikahi Artemis ( sebutan untuk putri Cleopatra IV) sebelum akhirnya sang Cleopatra meninggal dunia karena penyakit parah. Tak lama setelah itu, Putra Bumi, kekasih Cleopatra IV menyusul kekasihnya menuju peristirahatan abadi.

Itulah jawaban mengapa ada mumi Pangeran Yunani kuno di Mesir…
“ Mengerti maksudku sekarang Cleopatra IV?”
“ Aku tidak mengerti apapun.”
“ sebenarnya IQ mu itu berapa nona? Aku mencintaimu. Dan jalan takdirku mengikuti sang putra bumi. Yakni mencintai reinkarnasi sang Cleopatra IV. Yaitu kau. Masih tidak mnegrti?” Ucap Tirta sambil menatap dalm kea rah mataku. Kupastikan wajahku memerah sekarang. Aku tersenyum malu- malu.
“ Aku mengerti…”
“ Jadi bagaimana? Kau mau menjadi kekasihku?”
“ Tentu saja tidak! Aku tidak bisa menolakmu!”
***
 
See? Mitos itu terkadang memiliki jalan tersendiri untuk pembuktiannya. Walau tak semua mitos itu benar, tak ada salahnya kalian mencoba membuktikannya. Siapa tahu kalian juga menemukan cinta kalian, seperti aku :D.

KAU SEJUKAN HATIKU DENGAN SENYUMMU

KAU SEJUKAN HATIKU DENGAN SENYUMMU
Karya El-Rifa

"Maukah kamu menjadi pacarku?"Ilham bersimpuh sambil membawa bunga di hadapanku.
Aku terpaku, aku bahkan baru mengenalnya 24 jam yang lalu bagaimana bisa dia memintaku untuk jadi pacarnya?"aku hanya menggeleng dan pergi.
Keesokan harinya, dia masih melakukan hal yang sama, entah aku tak tahu apa yang dipikirkannya yang aku tahu dia tak mungkin mencintaiku setulus hati.
3 hari kemudian dia kembali mengutarakan hal yang sama tetapi kali ini aku tak kuasa menolaknya, aku kasihan padanya dan aku kagum pada caranya mengejarku.
***

Kau Sejukan Hatiku Dengan Senyummu
"hayoo, ngalamun ya?"kata Rina sahabatku, aku kaget dan khayalan tentangmu pun buyar.
"eh, apa sih nggak ya?" bantahku
"hha, iya deh , eh besok penerimaan siswa baru di sekolah kita kan?"
"iya, trus kenapa?"tanyaku heran
"hha, kan aku mau cari cowok baru "
" ah, kamu itu apa? cowok terus yang ada di pikiran kamu ?:p "
" biarin, daripada kamu, cuma jomblo terus, makanya jangan pacaran sama buku terus, cari pacar dong"
" huu nyebelin, hak asasi dong "
***

Aku melihatmu kala itu, aku langsung palingkan mukaku. Aku tak mau mengingatmu lagi, rasa benci itu sudah mengakar di relung hatiku.
Aku berlari, lalu kamu mengejarku, aku tak peduli, ku ambil sepedaku lalu aku pergi
"hei tunggu ... " teriakmu lantang
Aku tambah memacu sepedaku, tak terasa 2 butiran bening turun dari mataku, hari itu aku menangis.
***

Aku mencoba menghindar darimu, setiap kali bertemu seolah-olah aku menganggapmu tak ada.Aku tak mau dipermainkan lagi, kenapa dulu di saat aku mencintaimu kau menghilang?? Pertanyaan itu selalu berputar-putar di kepalaku..
Mungkin kita memang tak Jodoh dan mungkin aku memang bukan tulang rusukmu. Lagipula, dalam Islam pacaran itu Haram. Ya Allah, ampuni aku. Aku telah melanggar hal yang Kau larang, bimbinglah aku untuk senantiasa berada di jalan-Mu aamiin.
***

Tak terasa sudah berbulan-bulan aku menganggapmu tak ada. Aku tak pernah mau untuk menatap matamu, aku memilih untuk tidak mengenalmu lagi.
***

Hari itu 28 Januari 2005, Rina datang menemuiku, dia terlihat berbunga-bunga, entah aku tak tahu apa yang terjadi padanya.
"Hayo, senyam-senyum sendiri, ada apa sih?"kataku heran.
"hhha gpp, aku lagi seneng aja, aku baru jadian lo "
"wahh selamat-selamat, sama siapa nih?"
" sama Bowo, anak kelas 10. Dia itu baik, ganteng, cool deh"
" yang mana sih, aku nggak tahu e"
" ya pokoknya itu, nanti aku kenalin deh, tetapi kamu jangan naksir ya "
" hha iya-iya, tenang aja"
"sipp"
***

27 Februari 2005,,
"eh sini deh " kata Rina
"apa sih ? " kataku heran
"aku mau kasih ini buat Bowo, kan dia ulang tahun, bagus nggak?" katanya sambil menunjukkan bungkusan kado bermotif Love.
"bagus, bagus banget malah "
"hha, kamu temenin aku ya nanti"
"ok deh"

@parkirann
Aku berjalan berdampingan dengan Rina, lalu tiba-tiba Rina menghampiri seseorang
"Hai sayang, selamat ulang tahun ya "kata Rina
" eh iya makasih ya sayang"jawab orang itu
"sama-sama, eh iya kenalin ini sahabat aku, namanya Efi "kata Rina
"Efi, ini Bowo"kata Rina lagi

Aku terkejut, dia juga tak kalah terkejutnya.Aku baru sadar, ternyata Bowo itu Ilham Prabowo.
"kenapa aku baru menyadarinya sekarang??"aku berkata pada diriku sendiri
"Efi"kataku berusaha sebisa mungkin bersikap biasa.
"Bowo" katanya salting
"Rin, aku pulang dulu ya aku ada urusan " kataku pada Rina

Ilham Prabowo menatapku dalam sekali tetapi aku palingkan mukaku, aku tak ingin menatap matanya.
"eh iya, hati-hati ya "sahut Rina
"iyaa"jawabku

Aku berlari dan terus berlari, tak terasa butiran air mataku berjatuhan. Aku tak peduli, aku terus berlari, bahkan tak kusadari ketika ada Motor yang lewat dan
"aaaa" aku berteriak, tubuhku terpental ke trotoar jalan, aku tak ingat apa-apa lagi.
***

Pagi itu aku terbangun di ruangan serba putih.
"aku dimana? apa ini surga ?"
Aku melihat sekeliling di sampingku ada seseorang yang sedang tidur ,
"dia siapa?apakah dia malaikat?"
Aku sentuh tangannya,
"bukan dia bukan malaikat "

Dia terbangun, lalu tersenyum padaku
"kamu siapa?"Kataku
" aku Indra, aku adalah orang yang udah nabrak kamu 3 hari yang lalu, maafin aku ya?"
"3 hari yang lalu, berarti selama 3 hari ini aku koma?"kataku shock.
"iya, kamu koma di Rumah Sakit ini,oh ya kamu lain kali kalau nyebrang hati-hati ya. Untung kamu cuma gegar otak ringan, coba kalau sampai amnesia, kan berabe?"
"iyaa "kataku sedih, aku teringat kejadian sebelum aku kecelakaan.
"kok sedih, kamu kenapa sih?"
"nggak papa kog, bawa aku jalan-jalan yuk , aku pengen lihat dunia luar"
"iyaa dehh, ayoo"
Hari demi hari berlalu, perlahan tetapi pasti sosok kak Indra yang baik dan dewasa membuatku lebih mudah untuk melupakan Ilham Prabowo. Seseorang yang telah membuat lubang menganga di hatiku.
Akhirnya setelah seminggu di Rumah Sakit, aku diperbolehkan pulang.
***

"aku kangenn rumahh , muach-muach-muach"aku ciumi kasur rumahku yang empukk
"besok aku udah sekolah, nggak sabar deh buat ketemu sama temen-temen lagi"
***

"halo, temen-temen, i'm come back " kataku di depan pintu
Hening, tak ada reaksi ,
"ada apa ini ? kenapa mereka tak memelukku?apa ada yang salah denganku?"kataku heran.
"Rin, ini pada kenapa?"
"kenapa?kamu masih bisa tanya kenapa? Huh dasar munafik udah sana jauh-jauh dari aku"
"tetapi Rin, apa salahku?"butiran air mata mulai menggenang di pelupuk mataku
"udah sana pergi, dasar munafik " kata Rina sambil mendorong tubuhku dan berlalu. Teman-temanku hanya terpaku, bahkan tak ada yang mau menolongku, mereka hanya melihatku dengan iba.
Aku berlari dan pergi dari kelas, aku tak tahan lagi dengan semua ini. Butiran airmata itu pun tak kuasa ku bendung, ia mengalir begitu derasnya.

Aku berlari dan terus berlari, aku tak peduli orang-orang yang melihatku heran, lalu tanpa kusadari aku menabrak seseorang.
*bruukk
"maaf aku nggak sengaja"aku masih menangis. Bahkan,aku tak mau menatap mata orang itu.
"Efi?kamu kenapa?"katanya khawatir, "sepertinya aku kenal suara ini"bisikku dalam hati, kuberanikan diri untuk menatap matanya ternyata dia kak Indra.
"aku nggak kenapa-kenapa kok kak, kakak kok bisa disini?"kataku sambil berusaha untuk bersikap biasa.
"Jawab dulu kamu kenapa?kok kamu nangis, ayo bilang sama kakak " dia menatap mataku dan mengusap butiran airmata itu.
"aku nggak kenapa-kenapa kok kak" aku mengginggit bibirku berusaha menahan tangis tetapi tangis itu terus mengalir. Aku buang mukaku, aku tak mau aku terlihat lemah di hadapannya.
"Efi, lihat kakak, kakak tahu kamu lagi ada masalah, emm ok kamu nggak harus cerita sekarang, tetapi kamu perlu inget satu hal , aku akan selalu ada untuk kamu"
"makasih kak, aku ke kamar mandi dulu ya"
"iyaa, hati-hati ya, usap air matamu, hidup ini begitu indah dan nggak pantes buat kamu tangisin "
Aku coba tersenyum walau dalam getir
***

Hari-hari berlalu dan sikap mereka masih begitu. Bahkan, kalau aku mencoba untuk mendekati mereka, mereka malah menjauh.
Beruntunglah aku masih punya Kak Indra, ternyata dia juga bersekolah di sekolahku, tepatnya dia kelas XII. Hem pantas saja aku tak pernah melihatnya, aku bisa bertahan sampai sekarang karena dukungannya dan dia selalu ada buatku. Kala aku sedih dia selalu menghiburku dan membuat bebanku berkurang.
Belakangan aku tahu Rinalah yang menyebar Fitnah padaku, dia bilang pada teman-teman bahwa aku telah merebut pacarnya. Kata Sita salah seorang temanku, Rina memutuskan hubungannya dengan Bowo karena Bowo bilang bahwa aku adalah mantan kekasihnya dan Dia masih sangat mencintaiku.
Aku terdiam tetapi aku tak peduli lagi, aku sudah terlampau membenci Bowo. Bahkan, aku tak mau berada di dekatnya sekalipun , aku tambah menghindarinya. Malahan aku semakin dekat dengan Kak Indra dan aku pernah sengaja membuatnya Jealous karena aku berbincang-bincang akrab sekali dengan kak Indra di hadapannya.
***

2 Juni 2005
Hari ini kelas XII akan Lulus..
Aku sedih sekali, ingin rasanya aku putar waktu agar aku tak berpisah dengan kak Indra. Aku tak tahu bagaimana aku harus menjalani hidupku tanpanya... :@ tetapi inilah hidup di setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Pagi itu kulihat Kak Indra menerima trophy juara, dia memang pintar jadi tak heran jika dia termasuk salah satu dari 3 nilai terbaik. Aku pun banyak belajar darinya, dia yang membuat prestasi belajarku meningkat.
Aku mencoba tersenyum ketika ia jabat tanganku, jujur aku sangat kehilangan dia. Aku takut aku tak akan bertemu lagi dengannya.

Dia menjabat tanganku lama sekali, terlihat guratan kesedihan di wajahnya lalu dia membawaku ke taman.
"Efi, kakak mau cerita sesuatu. Jadi kakak ini lagi suka sama seseorang, dia itu baik, cantik , pokoknya sempurna banget deh. Kakak rencananya mau nembak dia nanti, menurut kamu gimana?"

Duaarrrr, hatiku langsung hancur. Ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan, butiran air mata mulai menelusup diantara mataku.
"nggak, aku nggak boleh sedih, aku nggak boleh nangis di hadapannya" aku mencoba menguatkan hatiku.
"hallo, kok malah bengong, gimana dek menurut kamu?"

Aku gelagapan "ehh iya, emm nek menurut kakak dia emang baik ya udah tembak aja kak" ujarku lirih. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, aku benar-benar tak bisa menatap matanya. Rasanya aku ingin segera pergi dari sini, hatiku terlampau sakit.
"oh gitu ya, iya deh" katanya datar

Butiran air mataku tak bisa kutahan lagi,
"aku harus pergi dari sini"bisikku dalam hati.
"kak aku pergi dulu ya, ada urusan"

Aku berlari, tetapi kak Indra menahanku
"kamu kenapa?"tanyanya
"nggak papa kak, udah kak lepasin aku mau pergi"
"jangan pergi, kakak belum selesai ngomong, kamu tahu nggak siapa yang kakak maksud?"
"nggak tahu kak, mungkin kak Sisi temen sekelas kakak itu "aku mencoba bersikap biasa.
"yang kakak maksud itu adalah"

Hatiku dag dig dug tak karuan, rasanya aku ingin menutup kedua telingaku. Aku tak mau mendengarnya
"adalah Fiannife Istyna"

Aku kaget, aku tatap matanya tetapi kulihat di mata itu tak ada kebohongan.
"maksud kakak?"
" aku sayang sama kamu Ef , kamu mau kan jadi belahan hatiku"
"kakak serius??"aku masih belum percaya
"iya kakak serius, dua rius malah"
"maaf kak aku nggak bisa, di dalam Islam pacaran itu haram kak , "Kak Indra langsung sedih.
"tetapi aku mau menjaga hatiku seutuhnya untuk kakak seorang, aku juga mencintaimu kak"
"Jadi, kita pacaran dek?"
"enggak kak, kita nggak pacaran tetapi kita saling menjaga hati, aku akan tunggu waktu agar kakak halal untukku dan aku halal untukmu kak "

Kak Indra berkaca-kaca ,
"ini yang membuatku kagum padamu dek. Tunggu aku dek 3 tahun lagi , aku akan melamarmu "
"iyaa kak, aku akan selalu menunggumu "

Kak indra ingin memelukku , tetapi aku menepisnya
"maaf kak, aku sangat mencintaimu , oleh karena itu aku nggak mau kamu berdosa karena aku"

Kak Indra tersenyum , dia lalu menjabat tanganku
"Aku akan selalu ada untukmu dek, walau raga kita terpisahkan oleh jarak dan waktu tetetapi hati kita akan selalu dekat dan saling menyatu"kata Kak Indra,aku tersenyum
"Mulai sekarang aku akan anter jemput kamu, aku akan selalu ada buat kamu"
"Makasih kak, mudah-mudahan kakak akan selalu ingat janji kakak"

Hari itu aku dan Kak Indra membuat satu ikatan, bukan ikatan pacarantetapi ikatan Hati yang tak akan pernah putus.
***

Hari-hariku berlalu dengan begitu indah, aku tak pernah mempedulikan lagi sikap teman-temanku yang masih menjauhiku. Aku cuma memikirkan masa depanku, aku ingin kuliah dii UNY. Kebetulan kak Indra juga kuliah disana, aku janji padanya aku akan masuk kesana dengan program Bidik Misi.
Tak terasa sudah setahun sejak kejadian itu, kak Indra menepati janjinya dia selalu ada untukku. Meskipun, dia tak menepati janjinya untuk mengantar jemputku setiap hari tetapi itu tak masalah bagiku yang penting dia selalu ada untukku. Dia adalah pelangi di setiap senyumku yang membuat hidupku terasa indah.
***

2 Juni 2006
Hari ini kelas XII lulus..
Saat-saat ini adalah saat paling mendebarkan sekaligus saat yang paling aku tunggu-tunggu.
Dag dig dug , hatiku berdebar tak karuan

Saat pengumuman pun tiba...
Namaku tak disebut-sebut juga, aku mulai khawatir, sekarang adalah pengumuan untuk juara pertama. Sebenarnya aku tak begitu yakin aku akan mendapatkannya tetapi harapan itu masih tetap ada dan...
"Juara Pertama adalah ........... Fiannife Istyna kelas XII IA 1, dimohon Fiannife Istyna untuk naik ke atas panggung "
Aku menangis haru, aku sangat senang sekali. Bahkan, kebahagiaanku bertambah saat aku dinyatakan lolos program bidik misi dan diterima di jurusan Kimia di UNY. alhamdulillahhhh aku sangat bersyukur sekali.
Tiba-tiba ada 2 sms masuk

Sms 1
From : 0857296666xx
Selamat yahh , aku ikut Seneng

Sms 2
From : 0857297777xx
Selamat yaa , aku ikut seneng , temuin aku di taman Sekrang

Aku tak tahu itu sms dari siapa tetapi aku yakin sms 2 berasal dari kak Indra sedangkan sms 1 aku tak peduli lagi siapa pengirimnya.
Aku langsung menuju ke taman, aku rindu suasana di taman ini lalu aku duduk di bangku cinta , menunggu Kak Indra.
Sudah 5 menit aku menunggu tetapi kak Indra tak datang-datang juga. Aku mulai resah tetapi tak lama kemudian kulihat seseorang berlari-lari menuju ke arahku, aku tersenyum tetapi setelah dia mendekat senyumku langsung hilang . Ya dia bukan Kak Indra tetapi dia Bowo.
"kamu ngapain disini?" aku mengeraskan suaraku.
"aku mau nemuin kamu , aku mau minta maaf sama kamu, kamu mau kan maafin aku"dia bersimpuh di hadapanku
"Maaf ? kamu nyuruh aku maafin kamu ? sorry ya, aku nggak bisa. Gara-gara kamu aku kehilangan semuaa temenku , gara-gara kamu aku jadi kayak gini "
"please Efi, maafin aku "
"eh, tunggu deh jadi kamu yang ngirim sms ke aku?darimana kamu dapat no.ku?"kataku sinis
"ah, itu nggak penting, yang penting kamu mau maafin aku "
"nggak penting ? Bagi kamu nggak penting tetapi bagi aku penting tahu" aku langsung beranjak pergi.
"eh, tunggu, tunggu aku " teriaknya
"udah, kamu nggak usah ganggu-ganggu aku lagi. Anggap aja kita nggak saling kenal" aku mempercepat lariku, di tepi jalan raya aku berhenti.
"jadi, sms 2 itu Bowo yang ngirim berarti sms 1 itu dari Kak Indra " kataku dalam hati
Aku coba balas sms dari Kak Indra tetapi pending terus. Aku coba meneleponnya tetapi no.nya tidak aktif. Kucoba hubungi semua nomor Kak Indra yang aku punya tetapi hasilnya nihil.
"aku harus menemuinya langsung, aku khawatir ada apa-apa dengan Kak Indra. Ok besok aku akan berangkat" bisikku dalam hati.
***

3 Juni 2006
Hari ini aku berangkat ke Jogja , sesampainya di Jogja aku langsung menuju kost-kostsannya kak Indra
"Assalaamu'alaikum, Sepadaa" aku berteriak di depan pintu kost-kostsannya, tak begitu lama ada seorang perempuan yang keluar
"maaf mbak cari siapa ya?" kata perempuan itu
"emm, Indranya ada mbak?"
"Indra siapa ya mbak?"
"Indra Prasetya mbak"
"ohh, dia udah lama pindah dari sini mbak. Sekarang kost-kostsan ini ditempati saya"
"ohh gitu, kalau boleh tahu dia pindah kemana ya mbak?"
"Wah, saya malah kurang tahu mbak"
"oh, yaudah mbak , makasih ya"
"iya sama-sama"
Aku bingung, kenapa Kak Indra harus menghilang tanpa sebab, kenapa?. Hem , mungkin aku harus mencarinya di Kampus, dia pasti ada disana.
***

Hari demi hari berlalu tetapi tak ku dapatkan kabar sedikit pun dari Kak Indra. Bahkan, ketika aku mencarinya di administrasi sekolah aku tak mendapat hasil, mereka hanya bilang Kak Indra sudah 2 bulan ini mengambil cuti. Aku bingung harus mencarinya kemana lagi.
***

2 Juni 2007
Hari ini adalah hari dimana kak Indra berjanji akan melamarku tetapi aku sudah tak terlalu mengharapkannya lagi. Dia sudah menggoreskan luka di hatiku.
Pagi ini, aku berangkat ke Kampus dengan hati yang sedih. Malam tadi aku memimpikan kak Indra lagi, aku bermimpi dia melamarku lalu menikahiku.

Sesampainya di Kampus aku langsung menuju kelas tetapi langkahku langsung terhenti ketika kulihat ada orang memakai kursi roda di taman. Dia kelihatan sedih sekali, aku pun menghampirinya.
"kakak kenapa?kok sedih?"aku duduk disampingnya
"aku kangen seseorang dek, dia begitu berarti buat aku " kakak itu berkata sambil menunduk, aku melihat ke arahnya lalu...
"Kak Indra?"aku menatapnya tak percaya, orang itu kaget dan langsung menatapku, dia langsung mencoba pergi.
"kakak, tunggu aku. Kenapa kakak pergi? kakak nggak inget janji kakak sama aku" aku berteriak tetapi Kak Indra tetap pergi. Aku lalu berlari mengejarnya.
"kakak, tunggu"
"Lupain kakak dek. Kakak nggak pantes buat kamu, kakak Cacat dek. Kamu harusnya mendapatkan orang yang lebih baik dari kakak"
"Kakak, aku nggak peduli sama fisik kakak, aku cinta sama kakak, jadi ini alasan kakak ninggalin aku ? kakak aku sangat membutuhkanmu" aku menangis
"tetapi dek, kakak nggak pantes buat kamu "dia tak berani menatap mataku
"kakak, lihat mata aku. Apa di mata ini ada kebohongan,aku mencintaimu karna hatimu kak. Aku nggak peduli sama kekuranganmu kak karena justru dengan kekurangan itu kita bisa saling melengkapi kak"

Kak Indra menangis, dia terharu sekali
"Dek, kamu benar-benar malaikat buatku. Aku cinta kamu dek, aku akan penuhi janjiku sama kamu"mata kak Indra berkaca-kaca
"iyaa kak, aku juga cinta sama kakak"
***

Sejak hari itu aku dan Kak Indra kembali bersatu, aku terus support kak Indra sampai akhirnya aku dan dia selesai kuliah dengan predikat Cumlote. Aku kagum pada sosoknya, dia adalah sosok yang pantang menyerah. Meskipun dia sudah cuti kuliah 2 tahun tetapi dia bisa mengejarnya dan lulus dengan nilai yang sangat membanggakan.
***

13 April 2008
Hari ini adalah hari yang kutunggu-kutunggu. Hari ini aku akan menikah dengan Kak Indra, dia benar-benar memenuhi janjinya

Akad nikah pun dimulai, aku benar-benar tak sabar menanti saat-saat ini.
"Saya terima nikahnya Fiannife Istyna binti Muhammad Senen dengan mas kawin seperangkat alat solat dan Emas 10 gram dibayar tunai " Suara kak Indra terdengar Mantap, tak terlihat ada keraguan di matanya.
"Bagaimana saksi ?"
"sah"kata saksi serempak lalu penghulu pun berdoa ...
"Kak kini aku telah halal untukmu dan kakak telah halal untukku. Semoga kita bisa mengarungi bahtera rumah tangga sehingga kita bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah aamiin"
"iya dek "lalu kak Indra mencium keningku, terasa begitu damai dan indah hidup ini karena aku sudah mendapatkan Jodoh yang sangat baik dan sangat mengerti aku
***

MY FLOWER

MY FLOWER
Karya Nadia Hayu

Awal yang melukiskan kegembiraan dan keceriaan dalam raut wajah mahasiswa dan mahasiswi fakultas kedokteran yang tengah bersantai dan bersendau gurau di koridor rumah sakit. Keceriaa mereka mengubah rasa ketegangan selama mereka menjalani praktek di rumah sakit. Mereka tengah bersantai ria di jam istirahat ini. Selain itu, ada salah satu mahasiswi yang masih menjalani tugasnya di jam istirahat, dia adalah Diangga. 

Dia tengah membantu dokter menangani seorang pasien yang amat sangat sulit untuk diajak kompromi, nama pasien itu Rehan. “ ayolah Rehan, ini kemotrapi terakhir kamu, jadi tolonglah patuhlah untuk kali ini.” Bujuk dokter. “ aku bilang aku tidak mau, kalian selalu memaksaku, kalian selalu bilang ini kemotrapi terakhirku, tapi nyatanya apa? Aku sehat aku tidak perlu kemo lagi.” Ujar Rehan dengan emosinya yang meninggi. Diangga yang berdiri dekat pintu ruangan mendekati diri Rehan yang duduk diranjangnya, Diangga memukul kepala Rehan dengan tiba-tiba,” emank lho superman, atau punya 9 nyawa sekaligus, lho selalu menyepelekan sebuah nyawa!” ujar kesal Diangga
“ emank lho siapa berani berkata seperti itu, lho masih mahasiswa disini jangan sok jadi dokter.” Ujar ketus Rehan. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rehan semakin membuat kesal dan emosi perasaan Diangga. “ ok, kalau begitu, terserah apa maumu. Dokter , kamu tangani sendiri pasien satu ini.” Ujar Diangga membalas ucapan ketus Rehan. Diangga pun saat itu melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan kesal dan sebal.
“ dasar emanknya dia siapa , beraninya ngomong kayak gitu ke gue, sorry ya gue udah gak mau lagi ngurusin lho, emank gue babu lo apa.” Gumam diri Diangga.

My Flower
Tanpa memperhatikan jalan, Diangga tak sengaja menabrak seorang cowok muda berpakaian sama seperti Diangga. “ maaf ya…, aku nggak liat jalan.” Ujar Diangga meminta maaf. “ lain kali lihat jalan ya, jangan ngelamun aja!” ujar cowok muda itu dengan lembut dan halus. “ sekali lagi maafkan aku,maaf banget!”
Dengan senyuman manis yang keluar dari raut wajah cowok itu dan sambil mengusik rambut Diangga membuat Diangga salah tingkah saat itu, “ kamu ini lucu sekali sih…, duluan ya.” Ujar perpisahan dari cowok tampan itu. Wajah yang awalnya terlihat kesal , kini berubah menjadi wajah yang senang dan bahagia, dalam diri Diangga bertanya-tanya siapa cowok tampan tadi. Dipikiran Diangga muncul perasaan bahwa cowok itu adalah pandangan pertama yang sekilas terjatuh dalam hatinya. Senyum dan kata-kata lembutnya membuat perasaan Diangga sangat ingin tahu siapa cowok tampan itu.” Hey Diangga, ngelamun aja….” Suara seorang wanita seusia Diangga yaitu Safa menggugah lamunannya. Diangga merasa terkejut dengan suara Safa , “lho, ngagetin saja, untung gue gak jantungan, kalo iya bisa mati tau….” Ujar Diangga. Safa hanya bisa tersenyum dengan sahut dari Diangga, “ emanknya lagi nglamunin apa sih? Kok serius banget..” Tanya safa. “ lho tau gak, siapa pemuda itu?” Tanya Diangga sambil menunjuk kearah cowok tersebut. “ yang mana?” sahut Safa sambil mencari arah telunjuk Diangga mengarah. “ itu…, yang lagi jalan dengan seragam sama dengan kita.” Jelas singkat Diangga. “ oh dia, namanya Sammy. Dia juga dari fakultas kedokteran.” Jelas Safa . “ fakultas kedokteran ? tapi aku jarang lihat dia.” Gumam hati Diangga.
Safa mengajak Diangga yang waktu itu jam praktek mereka telah usai untuk beristirahat di kantin rumah sakit. Seua teman-teman juga sudah berkumpul bersama untuk bersantai dan mengobrol.

Beberapa hari ini Diangga selalu menghabiskan waktunya untuk menangani soal Rehan. Dari pagi sampai malam Diangga berada di rumah sakit untuk menghadapi keras kepala Rehan yang tetap tidak mau menjalani kemoterapinya. Rehan adalah salah satu pasien yang sedang menjalani pengobatan karena penyakit tumor otak stadium 1.
“ gue bilang gak mau ya gak mau, lo ngapain maksa2 gue.”keras kepala Rehan yang tetap tidak mau kemoterapi
“ ayolah Rehan, ini sudah 2 minggu kamu seperti ini, apa kamu tidak ingin sembuh?” bujuk perawat yang juga ikut membujuk Rehan.
“ biarin, akku mati juga gak papa, itu malah memperingan pekerjaan kalian.” Sahut Rehan dengan rasa keras kepalanya.

Dengan rasa jengkel dan emosi yang mulai memuncak, Diangga mendekati diri Rehan , “lo bener- bener ya, lo emank gak bisa di sabarin, emank lo piker dokter itu seorang pembunuh biarin lo mati tanpa pengobatan. Mereka itu sudah baik hati memberi penngobatan agar lho sembuh, emank lo gak pingin sembuh apa, lo gak pingin berkumpul lagi dengan keluarga lo?”
“lo tau apa tentang keluarga gue, kalau bicara dijaga jangan asal jeplak.” Sulu emosi Rehan
“lo itu yang asal jeplak, lo tau betapa berharganya nyawa itu, kita hanya bisa hidup sekali, termasuk lo. Lo bukan dewa yang bisa hidup berabad-abad tahun.” Ujar emosi Diangga yang makin memuncak.
“ gue mau jadi dewa kek, gue mau jadi apa itu urusan gue, hidup-hidup gue, kenapa lo yang repot,urus aja urusan lo sendiri, jangan ngurusi urusan orang lain.” Sahut Rehan dengan santainya

Diangga yang tampak begitu geram dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rehan, tiba-tiba tangan Diangga menggeram baju Rehan dengan puncak emosi diatas rata-rata,” denger y ague udah sabar nanganin lo, tapi lo gak tahu diri, lo bisa gak hargain orang ngomong? Bisa tidaaaaaakkkk!” bentak Diangga
“ Dianggaaa!lepaskan dia, aku bilang lepaskaaaannn!” teriak dokter yang tiba-tiba muncul. Diangga tetap bersih kukuh tak mau melepaskan dan menatap tajam mata Rehan ddengan penuh amarah. Dokter yang bernama dokter Miko segera melepaskan tangan Diangga dengan paksa. “ keluar kau sekarang!” ucap dokter Miko, aku bilang Keluarrrrrr!”
“ baiklah, aku akan keluar,aku tidak mau menangani dia lagi, tidak….” Ucap Diangga dengan mata berkaca-kaca.
Diangga pun pergi dari ruangan itu, disamping itu pemuda yang bernama Sammy sempat berdiri disamping ruangan menyaksikan kejadian tersebut.
Diangga berlari cukup cepat sampai dia berhenti di taman Rumah sakit. Disana ia duduk dan menangis sekencang mungkin berteriak untuk memuaskan amarahnya. Terlihat amarahnya dan emosinya tidak terkendali saat berada di ruangan yang menurutnya adalah neraka. “ percuma lo marah, toh itu akan membuatnya senang.” Suara yang tiba-tiba muncul, ternyata itu suara Sammy. Diangga sangat terkejut, ia segera menghapus air matanya, “ lo…?”

Sammy duduk di sebelah Diangga, “ kadang emosi akan membuat kita keehilangan kesadaran, tapi tergantung bagaimana kita mengendalikan emosi .”ujar Sammy.
“ gue akui itu salah, tapi semua itu ada alasannya.” Bela diri Diangga
“aku tahu alasanmu, mungkin lo kasihan terhadap dia, di usia yang masih muda dia sudah menyerah begitu saja. Kasian banget hidupnya. “ ucap Sammy sambil tersenyum.
“kasian..? gue gak kasian sama dia, gue hanya gak suka tingkahnya aja, blagu banget.” Sahut Diangga dengan gaya salting.
“ tapi lucu juga pertengkaran antara dokter dan pasiennya, bagaimana ya reaksinya kalau gue masukkan ke youtobe, seru tuh.” Ujar jail Sammy untuk mengalihkan suasana sambil tertawa terbahak-bahak.
“ he….lucu ya? Terus aja seperti itu!” sahut Diangga dengan ketus.
“ bdw, lo tunjukin aja apa yang lo bisa untuk nakhlukin dia.” Ucap Sammy yang sekejab berhenti tertawa.
“ maksud lo?” merasa bingung dengan ucapan Sammy
“ lo tau maksud gue…!” sahut Sammy sambil tersenyum manis.
Mereka berdua pun saling berbincang-bincang untuk tanda perkenalan dan bercanda ria, bersendau gurau bersama yang membuat diri Diangga tertawa terpingkal-pingkal. Saat itu emosi Diangga yang awalnya memuncak kini terobati dengan lelucon Sammy yang sangat menghiburnya.
……

Untuk kesekian kalinya, malam sebelum pulang Diangga datang ke ruangan Rehan. Malam itu ternyata Rehan belum tidur, ia malah sedang asyik menonton tv. Diangga dengan tingkah yang sopan meminta maaf untuk tindakannya yang keterlaluan kepada Rehan. Rehan tak menggubris Diangga, dia kelihatan sangat asyik dengan acara tv. Tanpa sepengetahuan Rehan tiba-tiba Diangga mengambil remote control dan segera mematikan tv.
“ hey, lo apa-apan sih….” Sahut Rehan
“ lo sih asyik banget leat tvnya.” Ujar Diangga dengan rasa sebalnya.
“ kembaliin gak remotenya...” ucap Rehan yang juga tampak kesal dengan kelakuan Diangga. Rehan bangkit dari tempatnya dan memaksa mengambil remote dari tangan Diangga, tapi Diangga tak mau melepaskannya, sampai akhirnya mereka berdua saling kejar-kejaran di ruangan itu.
“ apa sih mau lo? Kenapa lo selalu nggnggu hidup gue mulu.” Ujar Rehan yang sudah merasa sangat geram.
“ mau gue, lo dengerin dulu ucapan gue..” sahut Diangga
“emank apa yang ingin lo katakan?” Tanya Rehan dengan santainya sambil duduk kembali ke tempatnya semula.
“ gue kesini mau minta maaf sama lo soal yang tadi pagi.” Kata Diangga dengan penuh penyesalan.
“ akhirnya lo sadar juga, mana ada calon dokter yang bersikapa sangat arogan terhadap pasiennya.” Ujar Rehan sambil menyindir diri Diangga.
“ tenang….tenang…’’(ujar hati Diangga) “apalah kata lo gue gak peduli, yang penting gue udah minta maaf jadi gue gak punya salah sama lo.” Selesai berkata panjang Diangga berniat untuk segera pergi dari ruang itu, tapi muncul suara yang sangat mengagetkannya keluar dari mulut Rehan, “ gue juga minta maaf.” Diangga memandang serius raut wajah Rehan, ia sangat terkejut dengan ucapan itu.” Apa gue gak salah denger…. Lo bisa juga ngucapin kata maaf.” Ujar Diangga dengan rasa tak percaya.
“ heh, lo jangan bangga dulu kita itu sama-sama salah, jadi sepantasanya juga saling meminta maaf.” Sahut Rehan menjelaskan ucapannya.
“ hmmm….ya udahlah jadi kita impas.” Tanpa berpamitan dulu Diangga segera meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega.
….

Usai kejadian tersebut, berhari-hari Diangga lebih sangat hati-hati dalam berkata jika berada di ruangan Rehan apalagi sekarang bukan hanya Diangga yang menangani Rehan tapi Diangga ditemani Sammy pemuda pujaan hatinya. Yah, tapi berlega hatilah Diangga tidak lebih sering berada di rumah sakit, karena ia harus bolak-balik kampus dan rumah sakit untuk menyelesaikan sksnya sebagai mahasiswa kedokteran. Selain itu, Rehan yang kini merasa kesal dengan Diangga yang jarang berada di rumah sakit, ia merasa tidak ada yang mengajaknya bertengkar dan membuatnya terhibur selain Diangga. Baginya suasana tampak sangat tenang dan damai.
“ suster, dimana dokter gadungan itu, kayaknya jarang banget denger dia marah-marah?” Tanya Rehan untuk mengorek informasi.
“ dia itu masih mahasiswa, jadi gak selalu ada disini, mungkin kalau dia disini pasti dia ada tugas praktikum. Kenapa? kamu kangen dengannya?” sahut lembut sang perawat.
“ gaklah, siapa juga yang kangen dengannya, nanti kalau dia denger pasti gede kepala tuh.” Sahut Rehan yang segera membetulkan ucapannya.

Perawat itu hanya tersenyum melihat ekspresi Rehan yang tampak malu-malu untuk mengakui.” Nah selesai. “ ujar perawat yang selesai memberikan suntikan obat di dalam infuse Rehan.” Itu apa sus?”
“ itu untuk mengatasi jika pasien yang sulit untuk menjalani kemoterapi sepertimu.” Sahut Diangga yang tiba-tiba muncul.

Perawat dan Rehan pun terkejut dengan datangnya Diangga yang secara tiba-tiba. Usai tugasnya selesai perawat itu permisi keluar dan meninggalkan Diangga dan Rehan berdua.
“lo bisa nggak, datang salam dulu gak ada sopan santunnya banget.”
“ yah, kalo buat lo ngapain gue harus sopan sama lo, idih gak gue banget.” Ujar Diangga.
“ kemana aja lo jarang banget gue denger teriakan lo.” Ucap balas Rehan.
“ yah secara gue inikan super duper sibuk banget jadi corry ya untuk orang yang lagi galau atas gak adanya gue.”sindir Diangga dengan tawa kecilnya.
“ idih males banget siapa juga yang galau karena lo, corry ya lo bukan level gue.” Sahut Rehat yang kelihatan salting.
“ ups, siapa yang bilang kalo itu lo? GR banget.” Sahut Diangga membalas.

Waktu itu salah tingkah dan wajah memerah tampak dalam wajah dan tingkah Rehan terhadap ucapan Diangga. Rehan yang tidak mau Diangga melihat kondisinya, ia mengusir Diangga dengan paksa keluar dari ruangannya. Diangga tertawa terpingkal-pingkal dengan salah tingkah Rehan.
“ hei Rehan, kenapa lo? Gue pingin lihat wajah lo yang merah tuh.” Ucap Diangga sambil tak kuasa menahan tawannya.

Dilain sisi tampak Sammy sedang memperhatikan Diangga, ia mencoba mendekati Diangga, “ lo kanapa? Tertawa sendiri di ruangan orang.” Seru Sammy. “ lo pasti ketawa banget Sam, baru kali ini gue ngelihat wajah Rehan tampak merah, lucu banget.” Jelas Diangga yang masih belum bisa mengendalikan tawannya.
“ benarkah? Wah ceritanya nih kalian udah akur?” jail Sammy.
“ yah nggak tahulah…” sahut Diangga
“ lo mau pulang?” Tanya Sammy
“ ya kenapa ?”
“ gue anterin lo mau?”

Diangga terkejut dengan tawaran Sammy terhadapnya, tak pernah sekalipun cowok didunia ini yang mau mengantar Diangga pulang.
“ boleh,,,,” ucap Diangga dengan gagapnya
Tiba-tiba Sammy menggandeng tangan Diangga dan menariknya berjalan menuju tempat parkir.

Malam yang bertaburan bintang-bintang yang bersinar dan bulan yang tampak bulat berseri menambah suasana indah malam untuk Sammy dan Diangga. Dengan mengendarai motor , tampak Diangga dan Sammy seperti pasangan yang baru saja menjalin hubungan sepasang kekasih, sangat cocok. Jujur hal itulah yang selalu diinginkan Diangga didalam hatinya. Tak lama mereka sudah sampai didepan rumah Diangga.
“ thanks ya Sam” ujar Diangga sambil turun dari motor Sammy.
“ its ok, jadi ini rumah lo.bagus juga.”
“ bukan, ini rumah ortu gue, gue belum punya rumah.”
“ ahhh, ya llo bener.” Ujar Sammy dengan senyuman la khas nya.
Saat itu pertemuan yang singkat antar Sammy dan Diangga, Sammy berpamitan pulang dan Diangga segera masuk karena hari sudah mulai larut.
…..

Pagi yang sudah menjelang siang, Diangga memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah sakit. Kali ini ia bukan untuk menemui Rehan, tapi terlihat ia masuk di suatu ruangan. Disana ada dokter yang tengah menunggunya, dokter itu adalah dokter Miko.
“ kamu sudah datang. Duduklah!”ujar sang Dokter
“ ada apa? Kenapa ayah ingin bertemu denganku disini?”Tanya Diangga.
“ ayah ingin melihat perkembangan keadaan putrikku.” Ucap dokter Miko.
“ aku baik-baik saja ayah, aku masih rutin minum obat dan jalani kemo sesuai jadwal.” Sahut Diangga.
“ ayah mohon, segeralah operasi! Ayah tidak tahu apa yang terjadi padamu nanti.”
“ tunggu aku lulus menjadi dokter baru aku mau.”
“ Diangga…..”
“ ayah, percaya padaku aku bisa bertahan. Aku pergi dulu.” Sahut Diangga dengan tenang.

Diangga pun keluar dari ruangan itu, tampak raut wajahnya menjadi murung dan tak berekspresif. Ia terus berjalan tanpa menfokuskan jalannya. Saat itu Rehan yang juga sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit tampak senang melihat diri Diangga, tapi Diangga terlihat tak focus jadi ia tak tahu ada Rehan, ia langsung saja jalan tanpa menyapa Rehan.
“ Diangga…..” panggil Rehan, tapi Diangga tetap saja tak membalas panggilannya. Rrehan sekejap menarik tangan Diangga untuk menghentikan jalan Diangga
“ kalau jalan harus focus, lo mikirin apa sih?” kata Rehan
“ lo…, nagapain lo?”Diangga yang tampak terkejut dengan Rehan.
“ gue tadi manggil lo, tapi lo malah nylonos aja, apa sih yang lo pikirin?” sahut Rehan yang memberi peerhatian terhadap Diangga.
“ please gue lagi gak ingin bertengkar.” Ujar Diangga dengan keadaan yang masih murung dan lemas.

Mendengar jawaban diangga yang sangat ketus, Rehan menarik tangan Diangga dan memakasa Diangga untuk ikut dengannya. Rehan tetap saja tak mau melepaskan Diangga meskipun Diangga berusaha keras untuk melepaskan tangannya dari Rehan. Sampai di suatu tempat yang sangat aneh tapi menawan, Rehan baru saja melepaskan tangan Diangga.
“ apa- apain sih lo, lo nggak berhak narik-narik tangan gue, dan juga tempat apa ini?”
“ udah ikut aja.” Sahut Rehan. Rehan melanjutkan langkahnya yang lurus kedepan . Diangga yang tak tahu maksud dari Rehan, ia hanya mengikuti langkah Rehan. Rehan meghentikan langkahnya, dan Diangga melihat sekitar tempat aneh itu penuh dengan bunga- bunga mekar indah. Terlihat ekspresi Diangga menunjukkan kekaguman.
“ ini bunga- bunga yang mekar hanya setiap bulan desember, karena perubahan cuaca ia jadi mekar setiap bulannya.” Jela Rehan.
“ darimana lo tau tempat sebagus ini?” Tanya Diangga.
“ ini tempat setiap harinya gue merenung, dan kalau sedang sedih gue biasa datang kesini.” Jelas Rehan.
“ lo sedih?jadi lo bisa sedih juga.” Sindir Diangga.
“jujur gue sangat kesepian, makanya gue terus bikin lo emosi, maaf ya.” Sahut Reno dengan penyesalan.
“ lo suka sama gue?” Tanya Diangga sambil memanndang wajah Rehan.
“ gue nggak tahu ini rasa suka atau apa, tapi perasaan gue lo adalah bunga bagi gue, bunga yang mekar yang selalu membuat gue bangkit dari apa yang gue alami. Lo penyemangat gue Diangga.”
Jelas Rehan sepenuhnya tulus mengungkapkan.
“ gue nggak tahu harus ngomong apa, gue bingung.”

Diangga mendesah pelan, hendak bergerak meninggalkan Rehan. Tiba –tiba suasana menjadi hening, ketika Rehan menyatakan perasaannya. Diangga merasa terkejut dengan ungkapan Rehan, karena kata-kata itu ingin ia dengar bukan dari mulut Rehan tapi Sammy pemuda yang ia sukai.
“ Diangga…., gue akan tunggu lo sampai l siap!”
Diangga tak menggubris ucapan Rehan, ia tetap saja berjalan meninggalkan Rehan disana.

Usai keluar dari tempat itu, Diangga berjalan dengan perasaan bingung dan resah. Dalam jalannya, ia selalu kepikiran tentang ucapan Rehan kepadanya.
“ kenapa harus dia, kenapa bukan Sammy?” Diangga bertanya-tanya dalam dirinya dengan sangat kesalnya.

Sekejab mata, Diangga melihat Sammy bersama Safa yang tengah asyik mengobrol bersama, terlihat Diangga merasa cemburu dan kesal. Diangga menghampiri mereka.
“ kalian?”
“ ya, lo tahu baru tadi pagi Sammy nembak gue, menurut gue kita cocok jadi gue terima,” jelas Safa ddengna gembiranya.
“ selamat untuk kalian.” Ucap Diangga yang perasaannya menjadi remuk dan hancur mendengar ungkapan Safa tentang dirinnya dan Sammy yang telah menjadi pasangan.

Diangga yang tak kuat, ia berlari sambil meneteskan air mata kesedihannya. Hatinya langsung saja terpuruk dan tak terbendung lagi kesedihannya. “ jahat, jahattttttttttttt…….., gue benci lo Sammy, gue benci lo.”
“ kenapa lo benci gue?” ujar Sammy yang tiba-tiba datang.
“karena gue suka sama lo, puas! Selama ini lo anggep gue apa,barang yang bisa lo permainin.” Ucap emosi Diangga
“ jujur gue juga suka sama lo, tapi nggak tahu kenapa gue nggak bisa ngungkapin itu ke lo, gue bingung. Jadi gue pacaran sama Safa untuk nglupain lo.” Jelas Sammy dengna rasa penyesalan.
“ sorry, lo lupain gue ya.” Sahut Sammy sambil memeluk Diangga dengan erat. Dan peristiwa itu disaksikan langsung oleh Rehan.
…..

Keesokan harinya, Diangga mampir sebentar ke tempat Rehan mengajaknya kemarin, ia merenungi perasaannya sejenak. Tak lama, Diangga kembali untuk menemui Rehan di ruangannya. Tampak disana sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Hari itu adalah hari operasi Rehan untuk mengangkat tumornya. Untung saja Rehan masih berada di ruangannya, Diangga segera menemui Rehan.
“ Rehan, gue bisa bicara sebentar?” kata Diangga
“ apa?” sahut Rehan dengan ketusnya.
“ kenapa lo suka gue?”
“ karena lo bunga bagi gue, bunga mekar yang kadang bikin jiwa gue nyaman ada disamping lo, tapi sekarang bunga yang gue idamkan memilih kupu-kupu, bukanlah lebah yang sangat membutuhkannya.”
“ memang bunga memilih kupu-kupu, tapi sang kupu- kupu menyerah karena disana ada lebah, ya meskipun lebah menyengat dan merugikan orang lain, tapi bagi bunga dia sangat menguntungkan. Bunga bukan hanya butuh kupu-kupu tapi dia juga butuh lebah untuk penyerbukannya.”
“ jadi menurutmu lebah lebih baik untuk bunga.”

Diangga mengganguk dan tersenyum kepada Rehan, Rehanpun tersenyum juga serta ia turun dari tempatnya dan segera memeluk Diangga dengan erat.
“ CINTA MEMANG TAK HARUS MEMILKI, LEBIH BAIK DICINTAI DARIPADA MENCINTAI, MENCINTAI LEBIH MENYAKITKAN DARI PADA DICINTAI”

DIA MILIKKU

DIA MILIKKU
Karya Mimin Khoirum Widiawati

“Udahlah Ka! Kamu ternyata gak sebaik yang aku kira! Mendingan sekarang kita PUTUS!”
Kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku. Aku putus dengan Judika. Orang yang sudah menjadi pacarku selama 3 bulan ini. Sungguh aku sangat sayang padanya. Tapi dia sudah menghancurkan kepercayaan yang telah kuberikan untuknya. Tapi, aku tidak ingin mengingat hal ini lagi. Aku harus melupakannya.
“Hai Ra.” Sapa Syifa, sahabatku
“ Hai juga Fa. Kamu sama siapa kerumahku?” tanyaku
“Sama pacar baruku. Kenalin, Judika ini Dira. Dira, ini Judika.” Kata Syifa yang amat sangat mengagetkanku. Kenapa bisa Syifa pacaran dengan mantanku? Memang salahku, yang gak pernah ngenalin Judika ke Syifa. Tapi emang dasarnya Judika playboy. Baru putus seminggu udah gandeng pacar baru. Aku pun berkenalan dengan Judika, dan seolah-olah aku tidak mengenalnya di hadapan Syifa. Aku tidak ingin menyakiti hati sahabatku.

Dia Milikku
Setelah kejadian itu, hampir tiap hari aku murung. Aku masih sangat menyayanginya. Tapi kenapa dia pacaran dengan sahabatku sendiri? Oh Tuhan. Aku bingung sekarang. Kadang muncul dibenakku rasa bersalah telah memutuskan Judika. Tapi, aku juga marah, karena waktu itu aku melihat dengan mataku sendiri kalau Judika selingkuh. Ahh! Aku bingung!! Tapi, aku mencoba untuk melupakan Judika dan berdoa yang terbaik untuk Syifa. Dan semoga juga, Syifa tidak disakiti oleh Judika.
Sebulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku sudah mulai bisa melupakan Judika. Aku sudah mulai bisa melupakan sosok yang telah membuat hatiku sakit berulang kali itu. Terimakasih Tuhan, Engkau sedikit-sedikit sudah membantuku menghapus kenangan Judika. Hingga suatu hari di kelas. . . . .
“Ra. Lagi ngapain?” tanya Syifa tiba-tiba mengagetkanku
“Eh, kamu Fa. Ngagetin aja. Ini nih, aku lagi ngetik laporan buat dikumpulin ke Bu Eli besok. Kamu gak ngerjain laporannya?” tanyaku
“Ah, aku malas! Aku lagi galau nih.” Kata Syifa
“Galau kenapa Fa? tanyaku
“Aku putus sama Judika, gara-gara dia ketahuan selingkuh. Ihh!! Nyebelin banget sih jadi cowok! Benci banget deh aku sama dia!” kata Syifa sambil marah-marah
“Udahlah Fa. Mungkin bukan dia cowok yang pantas buat kamu. Kamu harus belajar buat ngelupain cowok yang gak punya perasaan kayak dia.” Kataku menenangkan Syifa
“Iya Ra. Makasih yah. Kamu udah ngasih saran ke aku.” Kata Syifa
“Iya. Sama-sama.” Jawabku

Bel pulangpun berbunyi. Aku segera merapikan meja dan bergegas ingin pulang. Tapi langkahku terhenti setelah ada yang menghalangi langkah kakiku. Sosok bertubuh tinggi, tampan, dan dengan bau parfum yang tidak asing bagiku. Yah, Judika.
“Mau apa kamu?” tanyaku dengan tatapan yang sinis
“(sambil memegang tanganku) maafin aku Ra.” Kata Judika
“(sambil menarik tanganku) gak bakal!” jawabku singkat
“Plis Ra. Aku masih sayang banget sama kamu. Waktu kamu putusin aku, kamu sama sekali gak mau dengerin penjelasan dari aku. Semua itu gak seperti yang kamu lihat Ra. Pliis, percaya sama aku.” Kata Judika
“Oh yah? Jadi yang aku lihat waktu itu apa? Kamu lagi main drama? Atau mungkin, teater? Mesra-mesraan sama cewek lain sementara kamu masih pacarku waktu itu! Dimana sih, hatimu Ka? Pembelaan dirimu itu gak penting buatku! Aku gak bakalan pernah percaya!” kataku kesal dan sempat meneteskan air mata
“Yang kamu lihat waktu itu semuanya gak bener Ra. Sebenernya, dia itu mantanku. Dia gak pernah terima aku putusin. Dia terus aja ngejar-ngejar aku. Sampai waktu hari itu, kamu ngeliat aku yang dipeluk sama dia. Dia tiba-tiba aja meluk aku waktu kamu datang. Dia sengaja pengen ngancurin hubungan kita. Dan rencananya berhasil. Kita putus dengan mudahnya. Karena hasutan orang lain.” Kata Judika
“Tapi kenapa kamu pacaran sama Syifa Ka? Sama sahabatku sendiri? Terus kamu tega nyakitin perasaan dia. Kamu selingkuhin dia! Kamu itu cowok macam apa sih?!” kataku kesal
“Maafin aku Ra. Sebenernya, aku pacaran sama Syifa cuma buat ngilangin rasa sakit hatiku ke kamu. Aku Cuma pengen dapetin penggantimu. Tapi, kamu memang pemenangnya Ra. Kamu abadi dihatiku. Aku gak pernah bisa buat ngelupain kamu meskipun aku pacaran sama sahabat kamu sendiri. Aku sayang sama kamu Ra. Pliis Dira, maafin aku.” Kata Judika membuat hatiku luluh
“Aku juga minta maaf Ka. Waktu itu, aku gak pernah mau dengerin penjelasan kamu. Aku juga sebenernya masih sayang sama kamu.” Kataku
“Jadi kita balikan lagi yah. Kamu mau kan jadi pacarku lagi?” kata Judika
“(mengangguk)”

Akhirnya, aku pulang bersama dengan Judika. Senang sekali rasanya bisa balikan sama Judika. Aku sadar kalau aku memang sangat menyayanginya. Bagiku, Judika segalanya. Meskipun aku sempat mencoba untuk melupakannya, tapi rasa sayangku untuknya tetaplah abadi. Hingga hal yang tak pernah kuinginkanpun terjadi.
“Pagi Fa.” Sapaku pada sahabat baikku itu
“(menatapku sinis, lalu mengalihkan pandangannya tanpa menjawab sapaanku)”
“Kenapa? Ada yang salah yah sama aku? Aku udah buat kamu marah yah? Aku minta maaf yah Fa.” Kataku seraya mengulurkan tanganku untuk meminta maaf pada Syifa
“(menepis tanganku) kamu itu bener-bener cewek licik yah.” Katanya sambil tersenyum sinis
“Apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti
“Pasti kamu kan, yang udah ngerayu Judika biar dia putus sama aku? Dasar cewek licik. Sahabat sendiri ditikung. Aku liat dengan mataku sendiri kemarin kamu pelukan sama Judika didepan kelas. Dasar perebut kamu Ra! Aku benci sama kamu!” kata Syifa yang sangat mengagetkanku
“Kamu salah paham Fa. Semuanya gak seperti yang kamu kira. Aku gak nikung kamu.” Kataku memberi penjelasan kepada Syifa
“Allaaahh! Alasan kamu tuh udah basi tau gak? Yang kenalin Judika kekamu itu aku Ra. Kenapa kamu malah kayak gini sama aku? Dimana sih hatimu sebagai seorang cewek?” kata Syifa diikuti dengan tangisan
“Maafin aku Fa. Aku yang gak pernah cerita kekamu. Sebenernya, Judika itu mantanku. Dulu, aku putusin dia karena aku salah paham sama dia. Dan aku gak mau dengerin penjelasan dari dia. Dia sangat terpukul, makanya dia pacarin kamu. Dia tau kalau kamu tuh sahabatku. Dia pikir, dengan dia pacarin kamu, rasa sayangnya ke aku tuh bakalan hilang. Tapi nyatanya gak. Dia masih tetap sayang sama aku. Makanya kemarin dia dateng kekelas buat minta maaf ke aku. Dan ngejelasin semuanya. Akhirnya, aku balikan lagi sama dia. Tapi kalau karena dia persahabatan kita jadi hancur, aku bakalan putusin dia lagi Fa.” Kataku sambil menangis
“(memelukku) maafin aku yah Ra. Aku udah salah paham. Gak usah Ra, kamu gak usah putusin Judika. Kamu cocok kok sama dia. Aku dukung kalian. Maafin aku yah.” Kata Syifa

Aku akhirnya baikan sama Syifa. Dan hubunganku dengan Judika, tetap berjalan lancar. Aku berharap, bisa selamanya bersama dengan orang-orang yang kusayangi.