pay per click

MY FLOWER

MY FLOWER
Karya Nadia Hayu

Awal yang melukiskan kegembiraan dan keceriaan dalam raut wajah mahasiswa dan mahasiswi fakultas kedokteran yang tengah bersantai dan bersendau gurau di koridor rumah sakit. Keceriaa mereka mengubah rasa ketegangan selama mereka menjalani praktek di rumah sakit. Mereka tengah bersantai ria di jam istirahat ini. Selain itu, ada salah satu mahasiswi yang masih menjalani tugasnya di jam istirahat, dia adalah Diangga. 

Dia tengah membantu dokter menangani seorang pasien yang amat sangat sulit untuk diajak kompromi, nama pasien itu Rehan. “ ayolah Rehan, ini kemotrapi terakhir kamu, jadi tolonglah patuhlah untuk kali ini.” Bujuk dokter. “ aku bilang aku tidak mau, kalian selalu memaksaku, kalian selalu bilang ini kemotrapi terakhirku, tapi nyatanya apa? Aku sehat aku tidak perlu kemo lagi.” Ujar Rehan dengan emosinya yang meninggi. Diangga yang berdiri dekat pintu ruangan mendekati diri Rehan yang duduk diranjangnya, Diangga memukul kepala Rehan dengan tiba-tiba,” emank lho superman, atau punya 9 nyawa sekaligus, lho selalu menyepelekan sebuah nyawa!” ujar kesal Diangga
“ emank lho siapa berani berkata seperti itu, lho masih mahasiswa disini jangan sok jadi dokter.” Ujar ketus Rehan. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rehan semakin membuat kesal dan emosi perasaan Diangga. “ ok, kalau begitu, terserah apa maumu. Dokter , kamu tangani sendiri pasien satu ini.” Ujar Diangga membalas ucapan ketus Rehan. Diangga pun saat itu melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan kesal dan sebal.
“ dasar emanknya dia siapa , beraninya ngomong kayak gitu ke gue, sorry ya gue udah gak mau lagi ngurusin lho, emank gue babu lo apa.” Gumam diri Diangga.

My Flower
Tanpa memperhatikan jalan, Diangga tak sengaja menabrak seorang cowok muda berpakaian sama seperti Diangga. “ maaf ya…, aku nggak liat jalan.” Ujar Diangga meminta maaf. “ lain kali lihat jalan ya, jangan ngelamun aja!” ujar cowok muda itu dengan lembut dan halus. “ sekali lagi maafkan aku,maaf banget!”
Dengan senyuman manis yang keluar dari raut wajah cowok itu dan sambil mengusik rambut Diangga membuat Diangga salah tingkah saat itu, “ kamu ini lucu sekali sih…, duluan ya.” Ujar perpisahan dari cowok tampan itu. Wajah yang awalnya terlihat kesal , kini berubah menjadi wajah yang senang dan bahagia, dalam diri Diangga bertanya-tanya siapa cowok tampan tadi. Dipikiran Diangga muncul perasaan bahwa cowok itu adalah pandangan pertama yang sekilas terjatuh dalam hatinya. Senyum dan kata-kata lembutnya membuat perasaan Diangga sangat ingin tahu siapa cowok tampan itu.” Hey Diangga, ngelamun aja….” Suara seorang wanita seusia Diangga yaitu Safa menggugah lamunannya. Diangga merasa terkejut dengan suara Safa , “lho, ngagetin saja, untung gue gak jantungan, kalo iya bisa mati tau….” Ujar Diangga. Safa hanya bisa tersenyum dengan sahut dari Diangga, “ emanknya lagi nglamunin apa sih? Kok serius banget..” Tanya safa. “ lho tau gak, siapa pemuda itu?” Tanya Diangga sambil menunjuk kearah cowok tersebut. “ yang mana?” sahut Safa sambil mencari arah telunjuk Diangga mengarah. “ itu…, yang lagi jalan dengan seragam sama dengan kita.” Jelas singkat Diangga. “ oh dia, namanya Sammy. Dia juga dari fakultas kedokteran.” Jelas Safa . “ fakultas kedokteran ? tapi aku jarang lihat dia.” Gumam hati Diangga.
Safa mengajak Diangga yang waktu itu jam praktek mereka telah usai untuk beristirahat di kantin rumah sakit. Seua teman-teman juga sudah berkumpul bersama untuk bersantai dan mengobrol.

Beberapa hari ini Diangga selalu menghabiskan waktunya untuk menangani soal Rehan. Dari pagi sampai malam Diangga berada di rumah sakit untuk menghadapi keras kepala Rehan yang tetap tidak mau menjalani kemoterapinya. Rehan adalah salah satu pasien yang sedang menjalani pengobatan karena penyakit tumor otak stadium 1.
“ gue bilang gak mau ya gak mau, lo ngapain maksa2 gue.”keras kepala Rehan yang tetap tidak mau kemoterapi
“ ayolah Rehan, ini sudah 2 minggu kamu seperti ini, apa kamu tidak ingin sembuh?” bujuk perawat yang juga ikut membujuk Rehan.
“ biarin, akku mati juga gak papa, itu malah memperingan pekerjaan kalian.” Sahut Rehan dengan rasa keras kepalanya.

Dengan rasa jengkel dan emosi yang mulai memuncak, Diangga mendekati diri Rehan , “lo bener- bener ya, lo emank gak bisa di sabarin, emank lo piker dokter itu seorang pembunuh biarin lo mati tanpa pengobatan. Mereka itu sudah baik hati memberi penngobatan agar lho sembuh, emank lo gak pingin sembuh apa, lo gak pingin berkumpul lagi dengan keluarga lo?”
“lo tau apa tentang keluarga gue, kalau bicara dijaga jangan asal jeplak.” Sulu emosi Rehan
“lo itu yang asal jeplak, lo tau betapa berharganya nyawa itu, kita hanya bisa hidup sekali, termasuk lo. Lo bukan dewa yang bisa hidup berabad-abad tahun.” Ujar emosi Diangga yang makin memuncak.
“ gue mau jadi dewa kek, gue mau jadi apa itu urusan gue, hidup-hidup gue, kenapa lo yang repot,urus aja urusan lo sendiri, jangan ngurusi urusan orang lain.” Sahut Rehan dengan santainya

Diangga yang tampak begitu geram dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rehan, tiba-tiba tangan Diangga menggeram baju Rehan dengan puncak emosi diatas rata-rata,” denger y ague udah sabar nanganin lo, tapi lo gak tahu diri, lo bisa gak hargain orang ngomong? Bisa tidaaaaaakkkk!” bentak Diangga
“ Dianggaaa!lepaskan dia, aku bilang lepaskaaaannn!” teriak dokter yang tiba-tiba muncul. Diangga tetap bersih kukuh tak mau melepaskan dan menatap tajam mata Rehan ddengan penuh amarah. Dokter yang bernama dokter Miko segera melepaskan tangan Diangga dengan paksa. “ keluar kau sekarang!” ucap dokter Miko, aku bilang Keluarrrrrr!”
“ baiklah, aku akan keluar,aku tidak mau menangani dia lagi, tidak….” Ucap Diangga dengan mata berkaca-kaca.
Diangga pun pergi dari ruangan itu, disamping itu pemuda yang bernama Sammy sempat berdiri disamping ruangan menyaksikan kejadian tersebut.
Diangga berlari cukup cepat sampai dia berhenti di taman Rumah sakit. Disana ia duduk dan menangis sekencang mungkin berteriak untuk memuaskan amarahnya. Terlihat amarahnya dan emosinya tidak terkendali saat berada di ruangan yang menurutnya adalah neraka. “ percuma lo marah, toh itu akan membuatnya senang.” Suara yang tiba-tiba muncul, ternyata itu suara Sammy. Diangga sangat terkejut, ia segera menghapus air matanya, “ lo…?”

Sammy duduk di sebelah Diangga, “ kadang emosi akan membuat kita keehilangan kesadaran, tapi tergantung bagaimana kita mengendalikan emosi .”ujar Sammy.
“ gue akui itu salah, tapi semua itu ada alasannya.” Bela diri Diangga
“aku tahu alasanmu, mungkin lo kasihan terhadap dia, di usia yang masih muda dia sudah menyerah begitu saja. Kasian banget hidupnya. “ ucap Sammy sambil tersenyum.
“kasian..? gue gak kasian sama dia, gue hanya gak suka tingkahnya aja, blagu banget.” Sahut Diangga dengan gaya salting.
“ tapi lucu juga pertengkaran antara dokter dan pasiennya, bagaimana ya reaksinya kalau gue masukkan ke youtobe, seru tuh.” Ujar jail Sammy untuk mengalihkan suasana sambil tertawa terbahak-bahak.
“ he….lucu ya? Terus aja seperti itu!” sahut Diangga dengan ketus.
“ bdw, lo tunjukin aja apa yang lo bisa untuk nakhlukin dia.” Ucap Sammy yang sekejab berhenti tertawa.
“ maksud lo?” merasa bingung dengan ucapan Sammy
“ lo tau maksud gue…!” sahut Sammy sambil tersenyum manis.
Mereka berdua pun saling berbincang-bincang untuk tanda perkenalan dan bercanda ria, bersendau gurau bersama yang membuat diri Diangga tertawa terpingkal-pingkal. Saat itu emosi Diangga yang awalnya memuncak kini terobati dengan lelucon Sammy yang sangat menghiburnya.
……

Untuk kesekian kalinya, malam sebelum pulang Diangga datang ke ruangan Rehan. Malam itu ternyata Rehan belum tidur, ia malah sedang asyik menonton tv. Diangga dengan tingkah yang sopan meminta maaf untuk tindakannya yang keterlaluan kepada Rehan. Rehan tak menggubris Diangga, dia kelihatan sangat asyik dengan acara tv. Tanpa sepengetahuan Rehan tiba-tiba Diangga mengambil remote control dan segera mematikan tv.
“ hey, lo apa-apan sih….” Sahut Rehan
“ lo sih asyik banget leat tvnya.” Ujar Diangga dengan rasa sebalnya.
“ kembaliin gak remotenya...” ucap Rehan yang juga tampak kesal dengan kelakuan Diangga. Rehan bangkit dari tempatnya dan memaksa mengambil remote dari tangan Diangga, tapi Diangga tak mau melepaskannya, sampai akhirnya mereka berdua saling kejar-kejaran di ruangan itu.
“ apa sih mau lo? Kenapa lo selalu nggnggu hidup gue mulu.” Ujar Rehan yang sudah merasa sangat geram.
“ mau gue, lo dengerin dulu ucapan gue..” sahut Diangga
“emank apa yang ingin lo katakan?” Tanya Rehan dengan santainya sambil duduk kembali ke tempatnya semula.
“ gue kesini mau minta maaf sama lo soal yang tadi pagi.” Kata Diangga dengan penuh penyesalan.
“ akhirnya lo sadar juga, mana ada calon dokter yang bersikapa sangat arogan terhadap pasiennya.” Ujar Rehan sambil menyindir diri Diangga.
“ tenang….tenang…’’(ujar hati Diangga) “apalah kata lo gue gak peduli, yang penting gue udah minta maaf jadi gue gak punya salah sama lo.” Selesai berkata panjang Diangga berniat untuk segera pergi dari ruang itu, tapi muncul suara yang sangat mengagetkannya keluar dari mulut Rehan, “ gue juga minta maaf.” Diangga memandang serius raut wajah Rehan, ia sangat terkejut dengan ucapan itu.” Apa gue gak salah denger…. Lo bisa juga ngucapin kata maaf.” Ujar Diangga dengan rasa tak percaya.
“ heh, lo jangan bangga dulu kita itu sama-sama salah, jadi sepantasanya juga saling meminta maaf.” Sahut Rehan menjelaskan ucapannya.
“ hmmm….ya udahlah jadi kita impas.” Tanpa berpamitan dulu Diangga segera meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega.
….

Usai kejadian tersebut, berhari-hari Diangga lebih sangat hati-hati dalam berkata jika berada di ruangan Rehan apalagi sekarang bukan hanya Diangga yang menangani Rehan tapi Diangga ditemani Sammy pemuda pujaan hatinya. Yah, tapi berlega hatilah Diangga tidak lebih sering berada di rumah sakit, karena ia harus bolak-balik kampus dan rumah sakit untuk menyelesaikan sksnya sebagai mahasiswa kedokteran. Selain itu, Rehan yang kini merasa kesal dengan Diangga yang jarang berada di rumah sakit, ia merasa tidak ada yang mengajaknya bertengkar dan membuatnya terhibur selain Diangga. Baginya suasana tampak sangat tenang dan damai.
“ suster, dimana dokter gadungan itu, kayaknya jarang banget denger dia marah-marah?” Tanya Rehan untuk mengorek informasi.
“ dia itu masih mahasiswa, jadi gak selalu ada disini, mungkin kalau dia disini pasti dia ada tugas praktikum. Kenapa? kamu kangen dengannya?” sahut lembut sang perawat.
“ gaklah, siapa juga yang kangen dengannya, nanti kalau dia denger pasti gede kepala tuh.” Sahut Rehan yang segera membetulkan ucapannya.

Perawat itu hanya tersenyum melihat ekspresi Rehan yang tampak malu-malu untuk mengakui.” Nah selesai. “ ujar perawat yang selesai memberikan suntikan obat di dalam infuse Rehan.” Itu apa sus?”
“ itu untuk mengatasi jika pasien yang sulit untuk menjalani kemoterapi sepertimu.” Sahut Diangga yang tiba-tiba muncul.

Perawat dan Rehan pun terkejut dengan datangnya Diangga yang secara tiba-tiba. Usai tugasnya selesai perawat itu permisi keluar dan meninggalkan Diangga dan Rehan berdua.
“lo bisa nggak, datang salam dulu gak ada sopan santunnya banget.”
“ yah, kalo buat lo ngapain gue harus sopan sama lo, idih gak gue banget.” Ujar Diangga.
“ kemana aja lo jarang banget gue denger teriakan lo.” Ucap balas Rehan.
“ yah secara gue inikan super duper sibuk banget jadi corry ya untuk orang yang lagi galau atas gak adanya gue.”sindir Diangga dengan tawa kecilnya.
“ idih males banget siapa juga yang galau karena lo, corry ya lo bukan level gue.” Sahut Rehat yang kelihatan salting.
“ ups, siapa yang bilang kalo itu lo? GR banget.” Sahut Diangga membalas.

Waktu itu salah tingkah dan wajah memerah tampak dalam wajah dan tingkah Rehan terhadap ucapan Diangga. Rehan yang tidak mau Diangga melihat kondisinya, ia mengusir Diangga dengan paksa keluar dari ruangannya. Diangga tertawa terpingkal-pingkal dengan salah tingkah Rehan.
“ hei Rehan, kenapa lo? Gue pingin lihat wajah lo yang merah tuh.” Ucap Diangga sambil tak kuasa menahan tawannya.

Dilain sisi tampak Sammy sedang memperhatikan Diangga, ia mencoba mendekati Diangga, “ lo kanapa? Tertawa sendiri di ruangan orang.” Seru Sammy. “ lo pasti ketawa banget Sam, baru kali ini gue ngelihat wajah Rehan tampak merah, lucu banget.” Jelas Diangga yang masih belum bisa mengendalikan tawannya.
“ benarkah? Wah ceritanya nih kalian udah akur?” jail Sammy.
“ yah nggak tahulah…” sahut Diangga
“ lo mau pulang?” Tanya Sammy
“ ya kenapa ?”
“ gue anterin lo mau?”

Diangga terkejut dengan tawaran Sammy terhadapnya, tak pernah sekalipun cowok didunia ini yang mau mengantar Diangga pulang.
“ boleh,,,,” ucap Diangga dengan gagapnya
Tiba-tiba Sammy menggandeng tangan Diangga dan menariknya berjalan menuju tempat parkir.

Malam yang bertaburan bintang-bintang yang bersinar dan bulan yang tampak bulat berseri menambah suasana indah malam untuk Sammy dan Diangga. Dengan mengendarai motor , tampak Diangga dan Sammy seperti pasangan yang baru saja menjalin hubungan sepasang kekasih, sangat cocok. Jujur hal itulah yang selalu diinginkan Diangga didalam hatinya. Tak lama mereka sudah sampai didepan rumah Diangga.
“ thanks ya Sam” ujar Diangga sambil turun dari motor Sammy.
“ its ok, jadi ini rumah lo.bagus juga.”
“ bukan, ini rumah ortu gue, gue belum punya rumah.”
“ ahhh, ya llo bener.” Ujar Sammy dengan senyuman la khas nya.
Saat itu pertemuan yang singkat antar Sammy dan Diangga, Sammy berpamitan pulang dan Diangga segera masuk karena hari sudah mulai larut.
…..

Pagi yang sudah menjelang siang, Diangga memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah sakit. Kali ini ia bukan untuk menemui Rehan, tapi terlihat ia masuk di suatu ruangan. Disana ada dokter yang tengah menunggunya, dokter itu adalah dokter Miko.
“ kamu sudah datang. Duduklah!”ujar sang Dokter
“ ada apa? Kenapa ayah ingin bertemu denganku disini?”Tanya Diangga.
“ ayah ingin melihat perkembangan keadaan putrikku.” Ucap dokter Miko.
“ aku baik-baik saja ayah, aku masih rutin minum obat dan jalani kemo sesuai jadwal.” Sahut Diangga.
“ ayah mohon, segeralah operasi! Ayah tidak tahu apa yang terjadi padamu nanti.”
“ tunggu aku lulus menjadi dokter baru aku mau.”
“ Diangga…..”
“ ayah, percaya padaku aku bisa bertahan. Aku pergi dulu.” Sahut Diangga dengan tenang.

Diangga pun keluar dari ruangan itu, tampak raut wajahnya menjadi murung dan tak berekspresif. Ia terus berjalan tanpa menfokuskan jalannya. Saat itu Rehan yang juga sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit tampak senang melihat diri Diangga, tapi Diangga terlihat tak focus jadi ia tak tahu ada Rehan, ia langsung saja jalan tanpa menyapa Rehan.
“ Diangga…..” panggil Rehan, tapi Diangga tetap saja tak membalas panggilannya. Rrehan sekejap menarik tangan Diangga untuk menghentikan jalan Diangga
“ kalau jalan harus focus, lo mikirin apa sih?” kata Rehan
“ lo…, nagapain lo?”Diangga yang tampak terkejut dengan Rehan.
“ gue tadi manggil lo, tapi lo malah nylonos aja, apa sih yang lo pikirin?” sahut Rehan yang memberi peerhatian terhadap Diangga.
“ please gue lagi gak ingin bertengkar.” Ujar Diangga dengan keadaan yang masih murung dan lemas.

Mendengar jawaban diangga yang sangat ketus, Rehan menarik tangan Diangga dan memakasa Diangga untuk ikut dengannya. Rehan tetap saja tak mau melepaskan Diangga meskipun Diangga berusaha keras untuk melepaskan tangannya dari Rehan. Sampai di suatu tempat yang sangat aneh tapi menawan, Rehan baru saja melepaskan tangan Diangga.
“ apa- apain sih lo, lo nggak berhak narik-narik tangan gue, dan juga tempat apa ini?”
“ udah ikut aja.” Sahut Rehan. Rehan melanjutkan langkahnya yang lurus kedepan . Diangga yang tak tahu maksud dari Rehan, ia hanya mengikuti langkah Rehan. Rehan meghentikan langkahnya, dan Diangga melihat sekitar tempat aneh itu penuh dengan bunga- bunga mekar indah. Terlihat ekspresi Diangga menunjukkan kekaguman.
“ ini bunga- bunga yang mekar hanya setiap bulan desember, karena perubahan cuaca ia jadi mekar setiap bulannya.” Jela Rehan.
“ darimana lo tau tempat sebagus ini?” Tanya Diangga.
“ ini tempat setiap harinya gue merenung, dan kalau sedang sedih gue biasa datang kesini.” Jelas Rehan.
“ lo sedih?jadi lo bisa sedih juga.” Sindir Diangga.
“jujur gue sangat kesepian, makanya gue terus bikin lo emosi, maaf ya.” Sahut Reno dengan penyesalan.
“ lo suka sama gue?” Tanya Diangga sambil memanndang wajah Rehan.
“ gue nggak tahu ini rasa suka atau apa, tapi perasaan gue lo adalah bunga bagi gue, bunga yang mekar yang selalu membuat gue bangkit dari apa yang gue alami. Lo penyemangat gue Diangga.”
Jelas Rehan sepenuhnya tulus mengungkapkan.
“ gue nggak tahu harus ngomong apa, gue bingung.”

Diangga mendesah pelan, hendak bergerak meninggalkan Rehan. Tiba –tiba suasana menjadi hening, ketika Rehan menyatakan perasaannya. Diangga merasa terkejut dengan ungkapan Rehan, karena kata-kata itu ingin ia dengar bukan dari mulut Rehan tapi Sammy pemuda yang ia sukai.
“ Diangga…., gue akan tunggu lo sampai l siap!”
Diangga tak menggubris ucapan Rehan, ia tetap saja berjalan meninggalkan Rehan disana.

Usai keluar dari tempat itu, Diangga berjalan dengan perasaan bingung dan resah. Dalam jalannya, ia selalu kepikiran tentang ucapan Rehan kepadanya.
“ kenapa harus dia, kenapa bukan Sammy?” Diangga bertanya-tanya dalam dirinya dengan sangat kesalnya.

Sekejab mata, Diangga melihat Sammy bersama Safa yang tengah asyik mengobrol bersama, terlihat Diangga merasa cemburu dan kesal. Diangga menghampiri mereka.
“ kalian?”
“ ya, lo tahu baru tadi pagi Sammy nembak gue, menurut gue kita cocok jadi gue terima,” jelas Safa ddengna gembiranya.
“ selamat untuk kalian.” Ucap Diangga yang perasaannya menjadi remuk dan hancur mendengar ungkapan Safa tentang dirinnya dan Sammy yang telah menjadi pasangan.

Diangga yang tak kuat, ia berlari sambil meneteskan air mata kesedihannya. Hatinya langsung saja terpuruk dan tak terbendung lagi kesedihannya. “ jahat, jahattttttttttttt…….., gue benci lo Sammy, gue benci lo.”
“ kenapa lo benci gue?” ujar Sammy yang tiba-tiba datang.
“karena gue suka sama lo, puas! Selama ini lo anggep gue apa,barang yang bisa lo permainin.” Ucap emosi Diangga
“ jujur gue juga suka sama lo, tapi nggak tahu kenapa gue nggak bisa ngungkapin itu ke lo, gue bingung. Jadi gue pacaran sama Safa untuk nglupain lo.” Jelas Sammy dengna rasa penyesalan.
“ sorry, lo lupain gue ya.” Sahut Sammy sambil memeluk Diangga dengan erat. Dan peristiwa itu disaksikan langsung oleh Rehan.
…..

Keesokan harinya, Diangga mampir sebentar ke tempat Rehan mengajaknya kemarin, ia merenungi perasaannya sejenak. Tak lama, Diangga kembali untuk menemui Rehan di ruangannya. Tampak disana sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Hari itu adalah hari operasi Rehan untuk mengangkat tumornya. Untung saja Rehan masih berada di ruangannya, Diangga segera menemui Rehan.
“ Rehan, gue bisa bicara sebentar?” kata Diangga
“ apa?” sahut Rehan dengan ketusnya.
“ kenapa lo suka gue?”
“ karena lo bunga bagi gue, bunga mekar yang kadang bikin jiwa gue nyaman ada disamping lo, tapi sekarang bunga yang gue idamkan memilih kupu-kupu, bukanlah lebah yang sangat membutuhkannya.”
“ memang bunga memilih kupu-kupu, tapi sang kupu- kupu menyerah karena disana ada lebah, ya meskipun lebah menyengat dan merugikan orang lain, tapi bagi bunga dia sangat menguntungkan. Bunga bukan hanya butuh kupu-kupu tapi dia juga butuh lebah untuk penyerbukannya.”
“ jadi menurutmu lebah lebih baik untuk bunga.”

Diangga mengganguk dan tersenyum kepada Rehan, Rehanpun tersenyum juga serta ia turun dari tempatnya dan segera memeluk Diangga dengan erat.
“ CINTA MEMANG TAK HARUS MEMILKI, LEBIH BAIK DICINTAI DARIPADA MENCINTAI, MENCINTAI LEBIH MENYAKITKAN DARI PADA DICINTAI”

0 komentar:

Posting Komentar